Yesus telah berdoa....
"Ya, Bapa, Aku mengenal Engkau, dan Aku telah memberitahukan Siapakah Engkau kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya."
Yoh 17:25-26 Tweet
Hari ini – Yesus – Imanuel – Allah beserta kita – memberitahukan Siapakah Allah – Bapa- Nya – dengan – menjamu murid-murid-Nya dan dengan membasuh kaki murid-murid-Nya.
- (Yoh 13, 1-15)
Hari ini adalah hari yang terakhir Yesus berada bersama murid-murid-Nya di dunia ini.
Yesus – Imanuel – Allah beserta kita – apakah yang akan dilakukan-Nya pada hari-Nya yang terakhir bersama murid-murid-Nya?
Penginjil Yohanes – bagaikan seorang sutradara – membidik kameranya kepada setiap gera-kgerik
yang dilakukan Yesus.
Mari kita mengikuti apa yang dikisahkan oleh penginjil Yohanes:
Yesus tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa, lalu .... Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya
Apakah yang mau dilakukan oleh Yesus untuk… mengasihi murid-murid-Nya sampai kepada kesudahannya…? – Apakah yang begitu penting?
Penginjil Yohanes –
menampilkan Yesus yang membasuh kaki murid-murid-Nya…
Orang Israel yakin bahwa semua bangsa di luar bangsa Israel adalah kafir – artinya – mereka tak akan selamat. – Maka jangan ada pakaian atau salah satu bagian tubuh orang Israel yang tersentuh oleh barang atau oleh orang kafir. Juga mengebaskan debu dari kaki sekembali dari daerah kafir sebelum mereka injak tanah negerinya.
Jangan sampai sebutir pasir pun dari negeri kafir menajiskan tanah suci mereka(Luk 9:5).-
Jika itu terjadi – orang Israel menjadi najis, artinya, hubungan dengan Allah putus.
Selain itu – di Israel waktu itu – memang kakilah bagian manusia yang paling kotor, sebab mereka berjalan dengan kaki telanjang di jalan umum. Debu yang kotor itu menajiskan – yaitu – memutuskan hubungan dengan Allah.
Mengebaskan debu dari kaki adalah perbuatan simbolis yang dilakukan oleh orang Israel
Untuk memulihkan hubungan dengan Allah harus dilakukan sebuah ritus, yang disebut:
Ritus Pembasuhan.
Pembasuhan itu – menurut agama Yahudi – bukanlan sekedar tindakan igenis sebelum makan, melainkan adalah sebuah ritus yang harus dilakukan manusia untuk menguduskan diri agar boleh berjumpa dengan Allah, Sang Kudus! (Kel 40:30-31; Mrk 7:3-4; Ibr9: 9) – sebab – Yahwe – Allah Israel – tegas – “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku ini kudus! ” (Im 11:45).
Penginjil Yohanes menulis:
Mereka sedang makan bersama – Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya.
Dalam kebudayaan Israel jubahnya melambangkan pribadi orang itu sendiri dan martabatnya.
Ia mengambil: “λεντιον ” = “lention“- “celemek” dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Dalam budaya itu”celemek” adalah tanda pelayanan. Kemudian Yesus menuangkan air ke dalam sebuah basi dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya.
Di Israel adalah bawahan yang membasuh kaki atasan; adalah anak yang membasuh kaki orang tuanya. – Di sini Yesuslah yang membasuh kaki murid-murid-Nya.
Siapakah Yesus? –
Kepada rasul Filipus Yesus telah mengatakan, “...orang yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. (Yoh 14:9); “Aku dan Bapa adalah satu.“(Yoh 10:30)
– Artinya:
Allah adalah Yesus, Allah bersikap seperti Yesus.
Maka Yohanes mengatakan, ”Perhatikanlah orang itu yang membungkuk untuk membasuh kaki manusia: Dia itu Allah.” – Dengan membungkuk di depan kaki manusia itu, Yesus – Tuhan – menyatakan,”..kamu manusia… kamu Petrus, kamu Yudas Iskaryot … lebih mulia dari pada-Ku maka pantaslah Aku – Tuhan – Allah-mu – membasuh kakimu!.. “
Itulah apa yang dilakukan Yesus… untuk memberitahukan Siapakah Allah – Bapa-Nya…
Mereka sedang makan bersama… dalam Perjamuan Ekaristi yang Pertama. Dan Yesus membasuh kaki murid-muridnya, bukan sebelum makan perjamuan, pun pula bukan sesudahnya, melainkan DI TENGAH-TENGAH PERJAMUAN!
Pesan Penginjil Yohanes mengejutkan – sebab Ritus Pembasuhan harus dilakukan oleh manusia sebelum berjumpa dengan Allah, Sang Kudus; supaya pantas berjumpa dengan Allah, Sang kudus! – Akan tetapi Yesus melakukan pembasuhan kaki murid-murid-Nya DI TENGAH-TENGAH PERJAMUAN!
– Artinya adalah bahwa
Yesus membersihkan kenajisan kita selama Perjamuan Ekaristi!
Dengan membasuh kaki manusia, Yesus -Tuhan menunjukkan bahwa Allah, Bapa Yesus, merasa bahagia melayani anak-anak-Nya, terdorong oleh kasih. Seperti seorang ayah dalam keluarga.
Lagi pula – dengan melakukan itu Yesus -Tuhan – tidak merendahkan diri-Nya, melainkan Ia menyatakan bahwa kemuliaan dan kebesaran yang sejati tidak terletak dalam berkuasa, melainkan dalam melayani terdorong oleh kasih.
Yesus tidak merendahkan diri melainkan Yesus meninggikan martabat manusia menjadi seilahi Dia.
Kasih itu tidak otentik kalau tidak mewujud menjadi pelayayan.
Kemudian Yesus berkata kepada mereka:
"Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? - Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu"!!!
Yesus tidak mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Jikalau Aku membasuh kakimu, maka kamupun wajib membasuh kaki-Ku!”
Tidak! Yesus tidak minta agar murid-murid-Nya membasuh kaki-Nya! – Mengapa? –
Sebab Yesus dan Bapa-Nya tidak membutuhkan apa apa. Yesus dan Bapa-Nya sudah bahagia. – “dia” yang belum bahagia adalah manusia, “dia” yang membutuhkan kasih dan perhatian adalah manusia! – Dan Yesus dan BapaNya tidak ‘merasa bahagia’ kalau manusia tidak bahagia.
21 Setelah itu Yesus berkata
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
Murid yang dikasihi Yesus bertanya,”Tuhan, siapakah itu?” – Tapi Yesus tidak sebut namanya – bahkan Yesus melindungi pribadi murid-Nya itu dengan memperlakukan dia sebagai TAMU AGUNG!
Jawab Yesus
"Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya."
Sesudah berkata demikian Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.
Yudas Iskariot, yang telah Ia pilih menjadi seorang rasul-Nya, yang telah Ia bina, dan masih Ia sangat sayangi – sekarang diperlakukan sebagai tamu agung. Dalam budaya mereka – untuk menghormati tamu agung – diadakan suatu perjamuan baginya.
Dan tuan rumah untuk menghormati tamunya itu, membuka perjamuan dengan mengambil sepotong roti, dicelupkannya dalam saos, lalu diberikan kepada tamunya yang agung itu. Baru pesta perjamuan dimulai.
Itulah yang dilakukan Yesus bagi Yudas.
Yesus mengambil sepotong roti, mencelupnya ke dalam saos; lalu memberikannya kepada Yudas anak Simon Iskariot.
(Yoh 13:26)
Itulah cara yang dipakai Yesus untuk meraih hati Yudas itu.
Akan tetapi
30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi.
– Artinya: Yudas tidak menanggapi kasih Yesus, tidak menjadikan Yesus pedoman hidupnya
Dan penginjil mencatat bahwa
Pada waktu itu hari sudah malam.-
Catatan ini bukan catatan yang kronologis – melainkan adalah sebuah catatan yang teologis
Artinya :
“Yudas lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” (Yoh 3:19)
Yesus gagal – seluruh kasih-Nya itu – bagi Yudas – percuma. Yudas pergi..
31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia”–
Artinya :
Yesus selalu menganugerahkan kasih-Nya. Yesus hanya tahu mencintai apa pun tanggapan manusia
PERINTAH BARU
Yesus bersabda,
Yesus mengambil sepotong roti, mencelupnya ke dalam saos; lalu memberikannya kepada Yudas anak Simon Iskariot.
(Yoh 13:26)
Yesus bersabda,Apakah perintah yang diberikan Yesus? …supaya kamu saling mengasihi!
tunggu dulu!
Apakah orang bisa diperintahkan untuk mengasihi untuk mencintai? Apakah kasih itu, cinta itu bisa diperintahkan?
Orang dapat minta supaya saya taat kepadanya, supaya saya hormat kepadanya….tapi ia tak dapat memerintahkan saya mencintai dia… sebab saya bisa katakan bahwa saya mencintai dia, akan tapi dalam hati, saya benci dia, saya mengutuk dia, mengumpat dia … dan berdoa supaya ia lekas mati..
. Cinta itu, kasih itu tak dapat diperintahkan!
Cinta yang diperintahkan bukan cinta lagi!
Akan tetapi Yesus mengejutkan sebab Ia memerintahkan sesuatu yang tak dapat diperintahkan: CINTA, KASIH! – Tentu Yesus tahu itu. – Lalu – sebenarnya – apakah yang mau diperintahkan oleh Yesus?
Apa yang diperintahkan Yesus adalah: mencintai seperti Yesus mencintai … supaya kamu
saling mengasihi “sama seperti” Aku telah mengasihi kamu ….
…. ”seperti itu” berarti ” dengan cara dan dengan ukuran Ia melayani kita.
Yesus minta supaya kita menyerupai Dia dalam mencintai, dalam mengasihi manusia.
Manusia tidak diminta melayani Allah – Yesus tidak mengatakan,” Aku membasuh kakimu,
supaya kamu membasuh kaki-Ku”-
melainkan –
sebagimana Aku telah membasuh kakimu, hendaknya kalian membasuh kaki satu sama lain
Tujuan pelayanan bukan Allah, melainkan manusia. Yesus minta agar kita bersama Dia dan seperti Dia kita melayani manusia ”…
Semakin kita manusiawi semakin kita ilahi seperti Yesus.
Kemudian Yesus bersabda….
34 - Aku memberikan perintah baru kepada kamu....
Mengapa Yesus berbicara tentang perintah baru?
Acuan adalah ke 10 perintah Allah yang telah diberikan Allah kepada satu bangsa: Bangsa Israel – dengan perantaraan Musa.
Yesus menggarisbwahi bahwa Ia berikan kepada komunitas murid-murid Nya “perintah baru” –
Apakah maksud Yesus? Apakah Yesus bermaksud menambah satu perintah kepada ke 10 perintah Allah itu, sehingga perintah-Nya menjadi perintah yang kesebelas?” –
Mari kita lihat.
Kata ”baru” dlm bhs yunani – yang dipakai para penginjil dalam menulis injilnya – dapat diungkapkan dengan dua kata yang berbeda – yaitu:
– “ νεοζ ” “neos” – dan – “ kainoζ ” “kainos.“
Kata pertama adalah: ”neos” – yg dlm bhs inggris menjadi – ”new” seperti : “new year” – dan berarti: menambah sesuatu yang baru pada sejumlah yang sdh ada: misalnya th 2023 nanti adalah satu tahun – baru – neos – yang akan ditambah pada jumlah tahun sebelumnya: th 2022.
Akan tetapi, ketika Yesus berkata,” Aku memberikan perintah ”baru”- penginjil tidak pakai kata ”neos” – “new” – dalam arti: Kamu sudah punya ke 10 perintah Musa, sekarang saya menambah satu perintah lagi pada jumlah perintah Musa itu – satu perintah baru – yaitu: Kasihilah seorang akan yang lain.” Tidak !!!
Penginjil tidak pakai kata ”neos” –”new”- Penginjil pakai satu kata lain, yaitu: ”KAINOS”.
Dalam bhs yunani “KAINOS” – memang berarti BARU – tapi dalam arti bahwa – “karena mutunya” – menggantikan semua perintah yang sebelumnya.
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu”
“supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu!”
Karena mutunya
“perintah baru ini“
menggantikan semua perintah yang pernah diberikan sebelumnya
sebab berarti
“mencintai” seperti “Yesus – Tuhan” mencintai!

Pastor Otello Pancani SX
Rekan Pastor Paroki - Missionaris Xaverian
Share this:
- Click to share on Facebook (Opens in new window)
- Click to share on X (Opens in new window)
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
- Click to share on Pinterest (Opens in new window)
- Click to share on Telegram (Opens in new window)
- Click to share on Threads (Opens in new window)
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window)