Search

Menurut Yesus: Apakah Iman itu? Siapakah orang beriman? – Bagian I

Loading

Labuh Baru, 18 Agustus 2013
(Menjelang penutupan Tahun Iman)

 

Selamat datang dan selamat berjumpa, saudara sekalian, yang dikasihi Tuhan.

Saya sungguh bahagia diberi kesempatan untuk berjumpa dengan anda sekalian guna saling berbagi iman kita tentang Tuhan Yesus.

Kita masing-masing adalah orang yang sangat penting bagi Yesus, sebab Ia menjalin hubungan istimewa dengan kita masing-masing, siapa pun kita dan apa pun kita,“Aku tidak pernah menyebut kalian hamba;  Aku menyebut kalian sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (John 15:15)

Kita adalah murid Yesus, maka kita berjumpa untuk mengetahui:

  • Menurut Yesus, apakah iman itu?
  • Menurut Yesus, Siapakah orang beriman?

Sebab sering Yesus berkata kepada orang tertentu,”Sungguh besar imanmu; atau,  imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Kita ingin tahu dari Yesus sendiri, iman itu apa, dan orang beriman siapa, sebab hanya Yesus adalah identitas kita, hanya Yesus adalah masa depan kita, hanya Yesus memberi makna kepada kehidupan kita.

sebab:

“Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah, kecuali Yesus;  hanya dialah Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan/kemesraan Bapa, Dialah yang menyatakan Bapa kepada kita.” (Yoh 1:18).

Dialah yang menyatakan Bapa kepada kita.

Yesus sering berbicara tentang BapaNya dan Yesus nampak begitu bahagia  ketika Ia menyebut nama BapaNya, sehingga  seorang muridNya yang bernama Filipus minta kepada Yesus,” Yesus, tun-jukkanlah Bapa itu, kepada kami, supaya kami pun mengenal Dia, dan hati kami akan puas.” Jawab Yesus: ” Filipus, telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, namun engkau belum mengenal Aku? Filipus, barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30; 14:8-9).

Kalau Yesus dan Bapa adalah satu, itu berarti bahwa Allah adalah Yesus, bahwa Allah adalah seperti Yesus, bahwa Allah bersikap dan bertingkah laku seperti Yesus. Kalau demikian kita sudah tahu bahwa Bapa bergaul dengan kita seperti Yesus bergaul dengan kita, Bapa mencintai kita seperti Yesus mencintai kita, Bapa mengampuni kita seperti Yesus mengampuni kita.

Dan kalau Yesus memilih dan mengutus kita maka Bapalah yang memilih dan mengutus kita.

Justru itu kita ingin tahu dari Yesus:

  iman itu apa? Orang beriman itu siapa?

Saudara,

Kalau kita minta kepada Yesus, iman itu apa dan orang beriman siapa, kita harus sudah siap diantar oleh Yesus masuk wilayah iman itu, sebagaimana dipahami oleh Yesus.

Dan kita akan alami bahwa wilayah iman yang diperkenalkan Yesus kepada kita adalah wilayah yang tidak kita sangka-sangaka, wilayah yang menawan, wilayah yang menakjubkan, namun wilayah yang membi-ngungkan juga, sebab wilyah iman itu di mana kita diantar oleh Yesus adalah wilayah yang belum begitu kita kenal, dan kita belum biasa pikir bahwa iman, menurut Yesus, adalah seperti itu, dan orang beriman, menurut Yesus, adalah seperti itu.

Maka, sebelum kita dituntun oleh Yesus masuk wilayah iman itu, mari kita mohon:

Tuhan Yesus, kami berada di sini sebab dengan pengantaraan umatmu dari stasi dan dari paroki, Engkau menunjuk kami sebagai katekis, sebagai pewartamu.

Curahkanlah RohMu dalam diri kami semua, agar kami dapat memahami iman itu, agar kami dapat menghayati iman itu, agar kami dapat merayakan dan mewartakan iman itu bukan hanya dengan kata, tetapi juga dengan seluruh hidup kami, sebab Engkaulah yang memilih kami dan Engkaulah yang mengutus kami mewartakan iman itu kepada sesama. Amin.

Kita ingin tahu dari Yesus iman itu apa dan orang beriman itu siapa.

Yesus menjawab dalam Injil Lukas, 17:11-19, di mana Yesus mentahirkan 10 orang kusta.

Catatan = Ketika kita baca injil, perlu kita ingat bahwa Injil itu bukan liputan berita, melainkan pesan iman/teologi. Maksudnya: Injil

Memang  berakar dalam sejarah, berdasarkan fakta, namun fakta itu dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sbuah pesan bagi semua murid Yesus sepanjang zaman.

Lain bungkus kado, lain isinya.

Maksudnya: lain cara yang dipakai oleh penginjil untuk menyampaikan pesannya, lain inti pesannya itu sendiri.

Bungkus itu, yaitu  cara yang dipakai oleh penginjil dalam menyampaikan pesannya terdiri dari jenis sastra dari unsur budaya di mana penginjil hidup waktu itu.

Yang merupakan pewahyuan bukan bungkus, bukan cara yang dipakai oleh penginjil dalam menyampaikan pesannya /melainkan intinya pesannya itu.

 

Baik, marilah kita dengarkan bacaan Injil Lukas, 17:11-19

 

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh  dan berteriak,” Yesus, Guru, kasihanilah kami! Lalu Ia memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.

Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.

Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata,”Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? Lalu Ia berkata kepada orang itu,”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Demikianlah Injil Tuhan!

Orang Israel berkeyakinan bahwa ‘kusta’ itu, selain penyakit, adalah kutukan dan hukuman Allah bagi orang yang telah berbuat dosa ter-tentu.

Maka Agama menyatakan mereka najis, yang berarti, orang kusta tidak boleh masuk tempat ibadat, tidak boleh mendekati Allah, tidak boleh berelasi dengan masyarakat.

Mereka harus tinggal jauh dari pemukiman masyakarat, dan apabila ada orang yang mendekati mereka, mereka harus berteriak, “Najis-najis”.

Hanya Tuhan yang hadir di Kenisah di Yerusalem dapat mentahirkan mereka, demikianlah ketentuan agama, akan tetapi mereka dilarang masuk Kenisah (Raja Daudlah yang melarang  orang kusta, lumpuh, buta, bisu…masuk Kenisah … justru  Yesus keluar dari kenisah untuk berjumpa dengan mereka yang dikucilkan oleh agama dan oleh masyarakat)

Hanya Tuhan yang hadir di Kenisah di Yerusalem dapat mentahirkan mereka, demikianlah ketentuan agama, akan tetapi mereka dilarang masuk Kenisah untuk ditahirkan, sebab mereka najis.

Mereka terjebak dalam lingkaran setan. Lingkaran setan itu tidak datang dari Tuhan, melainkan dari peraturan agama.

Maka orang kusta dijadikan manusia tanpa harapan oleh instansi agama/ oleh ketentuan- ketentuan agama. (Imamat 15:25;20:18).

Allah adalah Yesus dan seperti Yesus. (Yoh 14:9).

Yesus datang justru untuk mencari orang yang najis seperti orang kusta, yang dikucilkan oleh masyarakat dan oleh agama, dan itu dilakukan  atas nama Allah. Yesus keluar dari kenisah untuk berjumpa dengan mereka yang dikucilkan oleh agama dan oleh masyarakat (Mat 9:13).

Sebab bagi Yesus tak ada seorang pun yang karena suku, perilaku, profesinya, penyakitnya, atau karena dosanya – apa pun dosanya, betapa pun beratnya dosanya itu dan banyaknya dosanya itu, yang tidak dirangkul oleh kasih sayang Allah. Bagi Yesus tak ada seorang pun yang boleh dinyatakan najis,  yaitu dilarang mendekati Allah oleh agama (Yahudi) (Kis 10:28) karena  mereka dinyatakan tidak pantas.

Sebaliknya Yesus mengatakan: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matthew 11:28

Maka

Mari kita pergi kepada Yesus/Bapanya, maka dialah yang menjadikan kita pantas baginya!

Tidak perlu kita pantas untuk berjumpa dengan Allah, sebaliknya, datanglah kepada Allah, maka ia menjadikan kita pantas baginya. Itulah kabar baik!

 Bagi Yesus tak ada seorang pun yang boleh dinyatakan najis,  yaitu dinyatakan tidak pantas untuk berjumpa dengan Allah (Kis 10:28) karena bagi Allah, Bapa Yesus, tak ada seorang pun yang najis. Yang ada adalah putera-puterinya yang membutuhkan kasih sayangNya  yang memberi hidup.

Yesus dan BapaNya tidak menghadapkan manusia/kita dengan dosanya, melaingkan dengan kasih sayangNya yang memberi hidup baru.

Itulah kabar baik yang diwartakan oleh Yesus, Itulah injil yang diwarta-kan Yesus.

Nah,  kabar yang baik itu sampai juga kepada 10 orang kusta. Satu adalah orang Samaria dan yang ke sembilan lain orang Israel. Orang Samaria dinyatakan kafir dan musuh oleh orang Israel, namun penyakit, penderitaan yang sama, merukunkan mereka.

Mereka memberanikan diri melakukan apa yang dilarang oleh agama. Mereka mengambil keputusan untuk melanggar Hukum Taurat. (khususnya Kitab Imamat) – (Hukum Taurat mencakup 5 kitab: Kejadian, keluaran, imamat, bilangan, ulangan).

Mereka mengambil keputusan untuk melanggar Hukum Taurat, yaitu Mereka datang menemui Yesus.

Dan apakah yang terjadi? Mereka tidak jadi dihukum oleh Yesus.

Menurut Hukum Taurat, Yesus seharusnya menghukum mereka.

Dalam kitab Ulangan, bab 28:15-46- orang yang melanggar Hukum Taurat akan disambar oleh Allah dengan 52 kutukan.

Mereka tidak jadi dihukum oleh Yesus.

Dan bukan Yesus yang dinajiskan oleh mereka, melainkan merekalah yang dikuduskan oleh Yesus.

Saudari dan saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Baru saja kita semua mendengar, bahwa satu-satunya orang yang kembali untuk bersyukur atas kesembuhannya adalah orang Samaria. Maka Yesus merasa tidak enak Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir?  Nash, Yesus menekankan bahwa ia telah mengasihi kesepuluh semuanya, semuanya sama-sama dikasihi Yesus. Yesus tidak mediskrimanasi siapa-siapa.

Di manakah yang sembilan orang itu yang sama-sama dikasihi Yesus? “Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?

Lalu Yesus berkata kepada orang samaria itu,”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”

“Imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Di manakah Yesus melihat iman dalam diri orang Samaria itu?

Sebenarnya Yesus sudah memberi isyarat di mana terletak iman itu ketika Ia bertanya,” Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?

“yang kembali untuk memuliakan Allah” – Inilah iman

Mengapa ia kembali untuk memuliakan Tuhan?  Sebab ia, orang kafir dan musuh, merasa dirahmati, merasa dibantu, merasa bahwa Yesus, orang Yahudi tidak mendiskriminasi orang, tidak memilih kasih. Maka ia menanggapi seluruh kasih Yesus, lalu ia  kembali untuk memuliakan Allah” – Inilah iman menurut Yesus!  Iman itu adalah terhadap kasih Allah.

Semuanya telah dikasihi. Akan tetapi, hanya satu yang beriman: yaitu, orang samaria. Mengapa? Sebab ia menyadari bahwa ia dikasihi, dirahmati, maka ia kembali untuk memuliakan Allah. 

Semuanya telah dikasihi Yesus, namun hanya satu telah menanggapi kasih Yesus dengan kembali untuk bersyukur. Menanggapi kasih Tuhan: itulah iman bagi Yesus.

 

Tanggapan terhadap kasih Tuhan, itulah iman untuk Yesus.

 

Memuliakan Tuhan/ bersyukur itu bukanhanya hanya sebagai tanda sopan santun, tetapi berarti memberikan arah baru kepada cara hidup.

Karena Yesus begitu mengasihi saya, maka saya menjadikan Yesus pedoman hidup saya. Saya mau hidup bersama Yesus dan seperti Yesus.

Bersama Yesus dan seperti Yesus saya mau kembali untuk memuliakan Allah, BapaNya.

Kapan, Allah, Bapa Yesus merasa dimuliakan? Mutlak mengetahui caranya memuliakan Allah. Sebab, Perhatian! Yesus tidak pernah minta agar orang mencintai Dia atau mencintai BapaNya.

Yesus tak pernah mengatakan: hendaklah kudus sebagaiman aku kudus adanya. Tak pernah Yesus mengajak orang menjadi suci!

Akan tetapi Yesus berpesan:

Luke 6:36 Hendaklah kalian berbelaskasihan seperti Bapamu juga berbelaskasihan!” atau

Matthew 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Hati-Hatilah, berbahaya sekali buka injil, membaca satu ayat begitu saja, lepas dari konteksnya.

Kalau kita dengar: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Kita pikir, wah saya harus memiliki kesempurnaan Allah…. yang tak akan kunjung tercapai.

Bukan itu.

Pernyataan Yesus,” Matthew 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Adalah kesimpulan dari  khotbah Yesus di bukit, di mana Yesus menyebut bahagia orang miskin.

Siapakah orang miskin,menurut Yesus?

Orang miskin adalah mereka yang mengambil keputusan untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhan sesama, terhadap kebahagiaan dan kehidupan sesama dengan berbagi apa yang dimiliki: kekayaan kepribadian, pengetahuan, harta dan uang dengan orang yang berkekurangan. Orang miskin adalah mereka yang mengambil keputusan untuk menurunkan sedikit level/taraf hidupnya, untuk membantu sesama yang taraf hidupnya belum layak supaya mereka dapat mrenikmati taraf hidup yang lebih layak.

Nah, sesudah mewartakan ke 8 sabda bahagia Yesus mengatakan,”  Matthew 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Artinya, hendaklah kalian sempurna dalam kemurahan hati, seperti bapamu bermurah hati adanya.

Tujuan adalah sesama manusia, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

Apabila manusia dimuliakan, maka Allah merasa dimuliakan, apabila manusia dihina, maka Allah merasa dihina.

Kesimpulan:

Pertanyaan kita adalah:

Menurut Yesus, apakah iman itu dan siapakah orang beriman.

Menurut Yesus dalam Injil Lukas, 17:11-19

Iman itu adalah tanggapan manusia terhadap kasih Allah. dan Orang beriman adalah dia yang menanggapi kasih Allah, lalu ia kembali untuk memuliakan Allah.

IMAN ITU BUKAN PEMBERIAN TUHAN

Dari injil tadi kita mengerti bahwa :

Allah/Yesus mengasihi semua orang (10) tanpa mendiskriminasi siapa-siapa, tetapi hanya satu orang, orang samaria,  menyadari kasih itu dan kembali untuk memuliakan Allah. Hanya kepada dia Yesus berkata,”imanmu telah menyelamatkan engkau”.

Jadi menurut Yesus iman itu adalah tanggapan manusia terhadap kasih Allah. Betulkah?

Kalau menurut Yesus iman itu adalah tanggapan manusia terhadap kasih Allah, konsekwensinya apa?

Konsekwensinya adalah bahwa iman itu bukan pemberian Tuhan. Bukan???

Ada yang punya iman, ada yang tidak.

Kalau iman itu pemberian Tuhan, maka Tuhan itu tidak adil, bukan?

Kepada dia diberi iman, kepada saya tidak.

Atau kepada dia Tuhan berikan iman yang besar, kepada saya iman yang kecil.

Maka menurut Yesus
IMAN ITU BUKAN PEMBERIAN ALLAH KEPADA MANUSIA,MELAINKAN JAWABAN MANUSIA KEPADA KASIH ALLAH,TANGGAPAN MANUSIA TERHADAP KASIH ALLAH

Itulah sebabnya, ketika murid-muridnya minta kepada Yesus, “Tambahkanlah iman kami!”

Yesus tidak menambah iman mereka, sebab iman itu bukan pemberian Tuhan, melainkan tanggapan manusia terhadap kasih Tuhan, maka   Yesus menjawab, “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Lukas 17:5-6)

Artinya apa?

Sekarang kita sekalian sudah diberi arah oleh penginjil Lukas untuk mencari maknanya.

Semoga!

 P. Pancani Otello, SX

images

===========================================================

Kasih Kristus Mendorong Kita
5/5
Tinggalkan Komentar
Blank Form (#4)

Terbaru

LIVE STREAMING
DUKUNGAN UNTUK PENGELOLAAN SITUS PAROKI
SCAN ME

2025 March

  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event