“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
Mat 5:9
Kata Yunani untuk damai adalah eirene yang sepadan dengan kata Ibrani Syalom dan muatannya mencakup “segala kenyataan yang membuat orang dapat menikmati kebaikan.”
Dengan demikian, Syalom:
- Bukan sekedar tidak adanya persoalan dan bebas dari kesulitan
- melainkan berkaitan dengan sesuatu yang membuat dan membawa kebaikan bagi manusia
Orang yang berbahagia adalah:
- Orang yang membawa damai
- orang yang bukan sekedar orang yang cinta damai
Orang yang sekedar cinta damai seringkali malah bertindak salah yang menimbulkan kerunyaman dan pertikaian.
Misalnya : melarikan diri, tidak mau menghadapi dan menghindari persoalan hidup.
dan menyebabkan : pesoalan tidak beres, akan bertumpuk dan menjadi beban berat kehidupan
Pembawa damai itu:
- Bukan sekedar sikap pasif dari orang yang berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa, karena takut akan menambah runyamnya masalah
- Adalah sikap aktif, kreatif, dan berinisiatif untuk mencari solusi demi perdamaian meski jalan penuh tantangan
Orang demikian itulah yang disebut Anak Allah
Ungkapan mereka yang disebut “Anak-anak Allah” bentuk asli pasifnya merujuk kepada Allah.
Artinya–>
- Allah akan mengakui mereka sebagai putra dan putri-Nya sendiri.
- Hubungan kekeluargaan anak dan Bapa di sini bukan secara fisik, tetapi secara relasional.
- Relasi itu berkenan dengan Alllah yang menjaga, melindungi dan mengasihi orang yang mengupayakan kedamaian sebagai anak-Nya sendiri.
- Status ini hanyalah karunia dan pilihan Allah semata
Dalam bahasa Ibrani memang sering tertemukan ungkapan-ungkapan yang sulit dimengerti, karena ungkapan yang seharusnya dinyatakan dengan kata sifat, diungkapan dengan kata benda.
Misal:
Ungkapan anak Allah dinyatakan dengan kata benda abstrak — padahal muatannya berkenaan dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagaimana dilakukan oleh ALlah.
Maka:
Berbahagialah orang yang berhubungan benar dengan Allahnya, sesamanya, mahluk ciptaan lainnya dan diri sendiri – sebab orang yang demikian itu telah melakukan pekerjaan Allah.
Hubungan benar itu misalnya bisa berupa kasih, keadilan dan damai.
Maka:
Berbahagialah orang yang bukan menjadi provokator pertengkaran, tetapi menjadi promotor perdamaian.
Sumber:
Buku “Kata-kata Bijak Bertuah”,
oleh Surip Stanislaus, OFM Cap, Lembaga Biblika Indonesia, terbitan Kanisius Yogjakarta