Apakah Dosa?
Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan dosa sebagai berikut:
“Dosa adalah perlawanan terhadap alasan, kebenaran dan kesadaran moral; adalah kegagalan dalam cinta suci untuk Tuhan dan masyarakat yang diakibatkan oleh sebuah keinginan diri terhadap hal-hal tertentu. Dosa melukai sisi alami dan solidaritas manusia. Dosa telah didefinisikan sebagai “sebuah pernyataan, kehendak, atau keinginan diri yang berlawanan dengan hukum abadi.” (KGK # 1849)
“Dosa adalah perlawanan terhadap Tuhan: ‘Terhadap Engkau, hanya Engkau, aku telah berdosa, dan melakukan hal yang jahat dalam penglihatanMu.’ Dosa menempatkan dirinya melawan cinta Tuhan kepada kita dan membuat hati kita berpaling darinya. Seperti dosa awal, adalah ketidakpatuhan, percobaan kepada Tuhan melalui kehendak menjadi ‘sepeti Tuhan’, mengetahui dan melakukan yang baik dan jahat. Oleh karenanya, dosa adalah ‘cinta diri bahkan untuk tidak mematuhi Tuhan’. Dalam intensitas akan kebanggan diri ini, dosa bertentangan dengan kepatuhan Yesus, yang mencapai pada keselamatan kita. (KGK # 1850).
Ada berapakah jenis dosa?
Berdasarkan Katekismus Gereja Katolik
“Terdapat banyak jenis dosa. Injil menyediakan beberapa daftar. Surat Santo Paulus kepada Galatia menjelaskan perbandingan pekerjaan daging dengan buah Roh: “Pekerjaan daging adalah jelas: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (KGK# 1852)
Daftar lainnya adalah:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” [1 Kor. 6:9-10]
“Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.” [Lk. 12:10]
“Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.” [1 Kor. 11:27-30]
Apakah Dosa Besar (Fatal)?
Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan sebuah dosa besar (fatal) sebagai berikut:
- “Dosa besar (fatal) menghancurkan rasa cinta akan Tuhan dan sesama di dalam hati manusia dengan pelanggaran besar terhadap hukum Tuhan, dosa ini menjauhkan manusia dari Tuhan, yang adalah dasar akhir dan sumber berkatnya, dengan memilih kebaikan yang tidak berkualitas baginya.“ (KGK # 1855).
- “Dosa besar (fatal), dengan menyerang prinsip vital dalam diri kita – yaitu, cinta akan Tuhan dan sesama – memerlukan inisitiaf baru akan belas kasih Tuhan dan perubahan hati yang normalnya diraih dalam rumusan Sakramen Pertobatan.“ (KGK# 1856).
- “Dosa besar adalah kemungkinan yang radikal akan kebebasan manusia, selayaknya cinta itu sendiri. Hasilnya adalah hilangnya rasa cinta akan Tuhan dan sesama dan rahmat pemurnian diri, yaitu, dari keberadaan berahmat. Jika ini tidak diperbaharui dengan penitensi dari pengampunan Tuhan, dapat menyebabkan kondisi tanpa pilihan selamanya, tanpa jalan kembali. Namun, meskipun kita dapat menilai bahwa suatu tindakan adalah suatu pelanggaran, kita harus mempercayakan penilaian dari orang lain akan keadilan dan belas kasih Tuhan.“ (KGK # 1861).
- “Untuk memilih secara sadar – yaitu, mengetahui dan menghendakinya – sesuatu yang sangat berlawanan dengan hukum abadi dan dasar akhir manusia adalah dengan melakukan dosa besar (fatal). Hal ini menghancurkan dalam diri kita belas kasih tanpa mana rahmat kekal adalah sesuatu yang mustahil. Tidak bertobat, dosa ini membawa kematian kekal.“ (KGK # 1874).
Apakah Dosa Kecil (minor)?
Katekisme Gereja Katolik mendefinisikan dosa kecil (minor) sebagai berikut:
“Dosa kecil mengijinkan rasa cinta akan Tuhan dan sesama untuk tetap ada, meskipun juga melanggar dan melukainya.“ (KGK # 1855).
“Dosa kecil membentuk tindakan tak bermoral yang dapat diperbaiki oleh rasa cinta akan Tuhan dan sesama, yang mengijinkan untuk tetap ada dalam diri kita.” (KGK # 1875).
“Seseorang melakukan dosa kecil ketika, dalam masalah yang kurang serius, ia tidak melakukan standar yang tertulis pada hukum moral, atau ketika ia tidak mematuhi hukum moral dalam masalah yang serius, namun tanpa pengetahuan yang dalam atau tanpa kesadaran diri yang penuh.” (KGK # 1862).
“Dosa kecil melemahkan rasa cinta akan Tuhan dan sesama; ia menunjukkan ketertarikan tak beraturan akan hal-hal ciptaan; ia menghalangi perkembangan kejiwaan dalam latihan dan praktek kebaikan moral; ia berhak akan hukuman sementara. Dosa kecil yang dilakukan secara sadar dan tanpa pertobatan membawa kita sedikit demi sedikit kepada dosa besar (fatal). Namun dosa kecil tidak menempatkan kita dalam posisi yang langsung berlawanan dengan kehendak dan persahabatan Tuhan; ia tidak memutuskan perjanjian dengan Tuhan. Dengan rahmat Tuhan dosa kecil dapat diperbaiki dengan cara manusia. ‘Dosa kecil tidak menjauhkan pendosa dari rahmat yang memurnikan, persahabatan dengan Tuhan, rasa cinta akan Tuhan dan sesama, dan secara konsekuen kebahagiaan kekal.” (KGK # 1863).
Apakah perbedaan antara dosa besar (fatal) dengan dosa kecil (minor)?
Sebuah dosa adalah besar (fatal) apabila tiga buah kondisi harus ada pada saat yang bersamaan.
- Harus dalam masalah yang amat serius;
- Harus dilakukan dengan pengetahuan yang penuh bahwa itu adalah dosa besar (fatal);
- Harus dilakukan dengan kesadaran yang penuh (tanpa paksaan)” (KGK # 1857)
Masalah yang serius dispesifikasikan dengan Kesepuluh Perintah Allah, yang berkaitan dengan jawaban Yesus kepada orang kaya muda: ‘Jangan membunuh, Jangan berzinah, Jangan mencuri, Jangan bersaksi dusta, Jangan mangambil sesuatu yang bukan milikmu, Hormatilah ayah ibumu.’ Kedosaan dari dosa adalah lebih kurang besar: pembunuhan adalah lebih dosa daripada pencurian. Orang juga harus mempertimbangkan siapa korban dari perbuatan dosa: kekerasan terhadap orangtua adalah jelas lebih dosa daripada kekerasan terhadap seorang asing.“ (KGK # 1858).
‘Dosa besar membutuhkan pengetahuan yang penuh dan kesadaran yang total. Ia mendahului pengetahuan akan karakter dosa sebuah tindakan, akan pertentangannya dengan hukum Tuhan. Ia juga mengindikasikan sebuah kesadaran yang cukup untuk menjadi pilihan pribadi. Ketidakpedulian yang pura-pura dan kekerasan hati tidak akan mengurangi, melainkan meningkatkan, karakter tanpa paksaan akan sebuah dosa.”
“Ketika kehendak membentuk dirinya atas sesuatu yang dari alamnya tidak dapat dibenarkan dengan rasa cinta akan Tuhan dan sesama, yang membawa orang kepada dasar akhirnya, itulah saat dosa adalah besar (fatal) berdasarkan obyeknya….apakah itu melawan cinta Tuhan, seperti penghujatan atau kebohongan, atau cinta akan sesama, seperti pembunuhan atau perzinahan….Namun ketika kehendak pendosa dibentuk atas sesuatu yang dari alamnya menyangkut sebuah tindakan, namun yang tidak berlawanan kepada cinta Tuhan dan sesama, seperti pembicaraan yang asal atau tertawa yang terlalu keras dan sebagainya, dosa seperti itu adalah kecil.” (KGK # 1856).
Apa sajakah yang termasuk dalam daftar kemungkinan dosa besar (fatal)?
|
|
Apakah itu berarti bahwa mereka yang melakukan dosa besar tidak akan masuk Surga?
Semua dosa besar dapat diampuni. Dengan perubahan hati melalui Sakramen Pertobatan, pendosa dapat mencari belas kasih Tuhan dan meraih kembali keadaan berahmat yang sebelumnya didapatkan melalui Sakramen Baptis.
Untuk ditolak masuk dalam Kerajaan Allah, pendosa harus:
- Melakukan satu atau lebih dosa-dosa besar;
- Memiliki pengetahuan yang penuh bahwa dosa (dosa-dosa) itu adalah dosa besar;
- Secara sadar tanpa paksaan melakukan dosa itu;
- Menolak rahmat Tuhan;
- Menolak belas kasih Tuhan dengan tidak mau mengaku dosa-dosanya melalui Sakramen Rekonsiliasi (Tobat).
atas ijin dari Pondok Renungan
===
Baca juga : Latihan Kesadaran Moral untuk latihan