Credo 4 Hal-Hal Terakhir: kematian, akhir zaman, pengadilan terakhir, purgatorium/api penyucian, neraka, surga
Salah satu alasan kita untuk berani membicarakan ini, meskipun belum mengalaminya adalah pengajaran Yesus, Tradisi Suci serta Magisterium Gereja. Ketiga hal itu sendiri dikuatkan dengan kesaksian dari Yesus sendiri yang bangkit serta berbagai kesaksian yang telah ditunjukkan oleh para orang kudus dalam Gereja melalui banyak mujijat yang terjadi di luar batas dan melanggar hukum alam.
Kematian
Apa yang pernah anda pikirkan dan mencoba merasakan tentang kematian? Ini adalah fakta tentang keterbatasan hidup: tak hanya untuk manusia tapi seluruh mahluk. Ini adalah ajakan untuk sadar akan kefanaan hidup (berapa lama maksimal usia kita?) Ini adalah juga pertanyaan: Bagaimana cara kita mengisi hidup ini?
Kita adalah homo viator: orang-orang perjalanan dimana suatu saat akan beristirahat, entah kapan. Kematian bukan kata terakhir bagi kita yang percaya pada Yesus Kristus. Masih ada hari sabtu sesudah hari minggu dan masih ada malam paska sesudah jumat agung. Artinya, bila kita bicara tentang kebangkitan, kita akan bertemu dengan realita kematian terlebih dahulu.… bila kita mati dengan Kristus maka kita pun akan … Flp 1:21 – 2 Tim 2: 11
Bagaimanakah pandangan kita tentang kehidupan ini? Linear (segala peristiwa berawal dan berakhir – berhenti pada satu titik – tak ada yang menonjol), circulum (terus berulang-ulang / re-inkarnasi atau siklis (berpusat pada sesuatu, berawal dan berakhir, terus memutari pusat itu dalam dinamika progresif dan tidak ada reinkarnasi).
Akhir Zaman
Apakah ini identik dengan kiamat? Akhir zaman merupakan penyelesaian seluruh sejarah dunia. Mahluk-mahluk dalam pengembaraan / yang sedang bertumbuh / yang sedang berjalan . . . akan berhenti semuanya. Di sinilah kita akan mengalami pengadilan terakhir.
Kerajaan Allah bukan suatu perkembangan dunia dan pembaruan dunia melainkan suatu ciptaan baru. Pertemuan seluruh ciptaan dengan Sang Pencipta. Dasar pengharapan kita adalah kebaikan Allah – bukan pertama-tama usaha kita.
Dimana manusia bertemu dengan Allah? Pegangan manusia dalam menjalankan kehidupan ini adalah hati (suara hati). Hati manusia adalah tempat pertemuan dengan Allah yang memanggil dia. Allah itu besar, sedemikian besar sehingga seluruh alam semesta ini tidak sanggup untuk menampungnya. Tetapi, Allah yang sedemikian dahsyat itu juga sekaligus kecil, Dia bisa masuk ke dalam lubuk hati kita, mengenal diri kita apa adanya dan selalu ada di samping kita ketika kita membutuhkan-Nya atau bahkan melupakan-Nya.
Pengadilan terakhir
Pada saat kematian, setiap manusia menerima ganjaran abadi dalamjiwanya yang tidak dapat mati. Ini berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus: entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu penyucian, atau langsung ke dalam kebahagiaan surgawi ataupun mengutuki dirinya sendiri untuk selama-lamanya. Inilah malam kehidupan kita yang abadi. Pada malam kehidupan kita itu, kita akan diadili sesuai dengan cinta kasih kita (Yohanes dari Salib)
Kapan? Hanya Bapa yang tahu. à bdk. Teologi saat Injil Yohanes. Saat itu terjadi tiba-tiba tapi tidak akan segera tiba. Seluruh kebenaran dan keadilan akan terungkap. Allah, hakim yang adil tetapi kasih lebih besar daripada maut.
Purgatorium
Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak dan di dunia yang akan datang pun tidak (Mat 12: 32). Iman Katolik mengakui bahwa pengampunan dosa terjadi tidak hanya di dunia ini saja melainkan juga di dunia akhir. Di sinilah kita akan mengalami penyucian atas dosa dan kesalahan kita yang kecil-kecil. (Makabe 2, Mk 12: 45). Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi masih harus menjalankan satu penyucian untuk memeproleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga. Maka, kita yang masih dibebani dengan dosa seujung jari sekalipun, masih harus disucikan oleh api abadi, yang akan memurnikan dan membebaskan kita dari segala dosa yang menghalangi perjumpaan kita dengan Dia yang menciptakan kita.
Gereja menganjurkan indulgensi, penitensi, amal bagi mereka yang belum menerima bahwa dirinya sudah meninggal. Itulah sebabnya, berkat sakramen babtis, kita dipersatukan dengan tiga dunia atau tiga Gereja: Gereja Pengembara (yaitu kita yang masih hidup di dunia ini), Gereja Pejuang (yaitu mereka yang masih berada di api penyucian dan menunggu saat dibebaskan dan disucikan dari segala dosa dan kesalahan) dan Gereja Jaya (yaitu para orang kudus di surga). Kita yang masih hidup wajib untuk mendoakan arwah setiap orang yang sudah meninggal agar mereka bersedia menerima kerahiman Tuhan dan agar Tuhan berbelas kasih pada mereka, karena, dosa sekecil apapun tetap akan menghalangi mereka untuk bertemu dengan Tuhan yang mereka rindukan. Tugas para kudus di surga tidak santai-santai saja. Mereka pun mendoakan kita yang masih berjuang di dunia ini agar tetap setia pada tujuan terakhir dan final hidup kita, yaitu Allah. Jadi, berkat sakramen itu, kita memperoleh meterai kekal sebagai anggota keluarga Allah.
Ingat tentang tingkatan mahluk hidup: batu (benda mati, tidak dapat bergerak dan tidak mempunyai jiwa), tumbuhan (benda hidup dan bertumbuh), hewan (mahluk hidup, tumbuh dan bergerak), manusia bego (yang punya banyak kesalahan dan dosa), manusia kudus (yang siap masuk surga)
Neraka
Bagaimanakah model / bentuk neraka? Penderitaan neraka adalah perpisahan abadi dengan Allah. Manusia tidak bersatu dengan Allah bila dia tidak secara sukarela mencintai Dia. Bila manusia berdosa berat, maka ketika dia meninggal dalam keadaan demikian, dia sendirilah yang memutuskan untuk berpisah dari Allah selamanya. Tidak hanya di dalam kehidupan ini melainkan juga dalam kehidupan baru di masa mendatang. Maka gunakanlah kebebasanmu dengan bertanggung jawab à ajakan bertobat
Neraka tidak diciptakan Allah. Manusia yang menciptakan itu sendiri ketika dia menolak untuk bersatu / mengikuti Allah. Tidak ada orang yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Allah untuk masuk surga dan neraka. Karena apa? Kita ingat bahwa kehendak bebas manusia tidak dicampuri oleh Allah. Apapun keputusan manusia, itu tetap dihargai oleh Allah karena Allah sangat menghargai kebebasan kehendak manusia. Termasuk bila keputusan itu berlawanan dengan Kehendak Allah dan menentang-Nya. Neraka adalah pengingkaran sukacita terhadap Allah.
Allah hanya menciptakan surga dan mengharapkan agar semua orang bersedia untuk diselamatkan. Maka, kalau kita mengatakan bahwa Allah menciptakan neraka buat kita, hal itu berarti bahwa kita mengingkari rencana keselamatan Allah yang telah dilaksanakan dalam inkarnasi Yesus Kristus ke dunia ini. Kita mengkhianati Salib Yesus yang hendak menyelamatkan kita semua. (2 Petrus 3: 9 – 1 Tim 2:4) Kita tidak dapat disatukan dengan Allah, kalau kita tidak secara sukarela memutuskan untuk mencintai Dia.
Surga
Bagaimana gambaran kita tentang surga? Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Maha Kudus, persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah, bersama Santa Perawan Maria, bersama para malaikat dan orang kudus, dinamakan surga. Surga adalah tujuan terakhir dan tempat pemenuhan kerinduan terdalam manusia, keadaan bahagia tertinggi dan definitif.
Surga adalah Allah, keadaan ada bersama dengan Allah. Hidup di dalam surga berarti ada bersama Kristus. Misteri persekutuan berbahagia dengan Allah ini dan dengan semua mereka yang berada dalam Kristus, mengatasi setiap pengertian dan setiap gambaran. Kitab Suci berbicara kepada kita mengenai itu dalam gambar-gambar, seperti kehidupan, terang, perdamaian, perjamuannikah meriah, anggur Kerajaan Allah, rumah Bapa, Yerusalem surgawi dan firdaus: apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dahn tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semuanya itu disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (I Kor 2: 9).

=====