Credo 3: Ciri Gereja: Satu – Kudus – Katolik – Apostolik
Berdasarkan data-data alkitabiah dan sejarah Gereja, ciri-ciri satu, kudus, katolik dan apostolik merupakan pedoman penting untuk menemukan Gereja yang sungguh-sungguh dikehendaki Kristus.
Pembakuan penjelasan ciri-ciri Gereja di dalam credo adalah satu, kudus, katolik dan apostolik. Inti sari soal adalah apakah intisari Gereja yang hakiki merupakan suatu congregatio fidelium saja atau juga merupakan sebuah lembaga?
Dalam perjalanan sejarah Gereja, manusia berusaha mencari kemudahan untuk mengidentifikasikan Gereja yang sejati. Uraian berikut terbagi dalam dua bagian, dengan sumber KS dan sejarah Gereja. Secara vertikal: dari sudut hubungan dengan Yesus Kristus à satu dan apostolik. Secara horisontal: dari sudut peranannya sebagai saksi semesta à kudus dan katolik.
Catatan: perkaya bab ini dengan membaca teks “Aku bangga sebagai katolik” dan buku Rome Sweet Home, sebuah kisah perjalanan iman sepasang tokoh presbiterian (Scot and Kimberly Hahns) pulang ke rumah Gereja Katolik.
Satu
Maksudnya: Gereja tampil sebagai perwujudan kehendak tunggal Yesus Kristus untuk dalam Roh tetap hadir kini dalam kehidupan manusia dan untuk menyelamatkannya (LG 8). Satu bukan berarti seragam. Biarpun berbeda, tetap ada kesatuan iman. Kemajemukan adalah anugerah Allah dan keanekaan manusia yang menyambutnya. Kita akan melihat ini dari Dokumen Gereja dan dari Kitab Suci, dua dari tiga otoritas iman kita:
Dokumen Gereja: LG 8, 12, 21-23, 28 à Gereja adalah satu-satunya paguyuban orang beriman. Maupun bahwa secara intern Gereja merupakan kesatuan. Kesatuan Gereja peziarah diamankan dengan iman yang satu dan sama, ibadat/sakramen dan suksesi apostolik.
F Kitab Suci: Gereja terbina oleh satu Allah, berkat satu wahyu (1 Kor 8:6), dalam satu Tuhan (Rm 14:7), 1 Roh Allah (Ef 2: 18) dan satu tubuh (1Kor 10:17).
Kesimpulan dari pernyataan satu iman adalah bahwa di dalam Yesus Kristus, dalam ibadat, sakramen-sakramen, dalam hidup bersama, dalam pelayanan dan dalam perumusan pewaratan iman. Ini semua bukanlah suatu bentuk uniformitas yang mandul. Di dalamnya tetap diijinkan adanya tegangan kesatuan dan kemajemukan. Pada kenyataannya memang ada perpecahan di dalam tubuh Gereja: skisma dan bidaah (perdalam ini di bagian sejarah Gereja). Sejak Konsili Vatikan, Gereja Katolik mengupaya ekumene, yaitu usaha untuk mengumpulkan lagi yang tercerai berai. Ada kesatuan asal (tritunggal), pendiri (Yesus Kristus) dan jiwa (Roh Kudus)..
Kudus
Kata kudus diambil dari kata Qados, yang berarti segala yang suci bersumber pada Allah. Karena kekudusan itu juga hanyalah milik Allah saja. Maka, kekudusan kultis adalah sifat ciptaan untuk mengarahkan manusia pada Allah. Dasar-dasar Gereja untuk menyatakan sifat kudus sebagai salah satu ciri Gereja Kristus berpijak pada:
Dokumen Gereja :
LG 8 (sumber kekudusan), LG 39 (kehendak Gereja), LG 41, LG 48 (panggilan kepada kesucian).
Gereja dikuduskan oleh Yesus Kristus. Pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus merupakan tujuan semua karya Gereja lainnya (SC 10 )
Cinta adalah jiwa kekudusan untuk mana semua orang dipanggil. Ia mengarahkan dan menjiwai semua upaya kesucian dan membawanya sampai ke tujuannya (LG 42)
Di dalam Gereja ada pendosa. Gereja tu sendiri juga merupakan kumpulan pendosa sejauh umat memang dan akan berdosa (UR 4). Maka Gereja harus selalu diperbarui dan disucikan terus à ecclesia semper reformanda est.
Kitab Suci: Apakah bisa dikatakan bahwa Gereja itu suci / kudus bila kita melihat bahwa orang-orang yang menjadi anggotanya adalah para pendosa? Gereja merangkum dan mengumpulkan para pendosa (Mt 13: 47-50 dan Mat 18). Gereja yang kudus bukanlah kumpulan orang suci, namun bertolak dari hidup sehari-hari menuju Yang Kudus. Gereja yang kudus merupakan Gereja sebagai perwujudan kehendak Allah yang kudus, untuk sekarang ini juga berkehendak bersatu dan mempersatukan manusia di dalam kekudusan-Nya.
Gereja itu suci dan sekaligus harus selalu dibersihkan (ecclesia semper reformanda est) terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan (LG 8). Tetapi menurut LG 39, Gereja tidak dapat kehilangan kesuciannya karena asal, pendiri dan jiwanya adalah kudus.
Memang bisa dikatakan bahwa Gereja adalah perhimpunan kaum pendosa (Mt 13, 47-50 & 18,17) maksudnya, tidak hanya bahwa dalam Gereja ada pendosa tetapi juga bahwa Gereja itu pendosa sejauh warganya dan pemukanya memang dan akan berdosa (UR 4;6). Tetapi Gereja tidak akan sebegitu dirusak oleh pendosa dan dosanya sehingga Roh Kudus sama sekali meninggalkan dan tidak kelihatan lagi dalam Gereja (Mt 16,18). Gereja dijamin oleh Allah untuk tidak kehilangan rahmatnya kendati dosa ada di dalamnya. Dengan demikian, Gereja hidup oleh rahmat. Anggota yang mengambil bagian dalam kehidupan ini akan dikuduskan dan bagi mereka yang mengabaikannya akan jatuh dalam chaos. Daya penggerak dan pembebas itu adalah Yesus Kristus dan anugerah Roh Kudus-Nya. Maka, Gereja sebagai perwujudan kehendak Allah mau bersatu dengan mempersatukan manusia dalam kekudusan.
Kita barangkali pernah mendengar istilah orang kudus, santo/a di dalam Gereja. Gelar orang kudus pada pribadi tertentu oleh Gereja:
- Pengakuan resmi bahwa mereka telah menjalankan kebajikan-kebajikan dengan ksatria dan telah hidup setia kepada rahmat Allah
- Gereja mengakui kekuasaan roh kekudusan di dalamnya à teladanilah dia!!!
- Dalam situasi-situasi sejarah Gereja yang paling sulit, selalu terdapat orang-orang kudus pada awal pembaruan
Kesucian atau kekudusan bukanlah bentuk kehidupan tetapi merupakan sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari. Kudus berarti = yang dikhususkan untuk Allah, maka harus sempurna, dapat dilihat dalam moral manusia.
Katolik
Katolik = universal = umum. Pertama kali istilah katolik dilontarkan Ignasius dari Antiokia (+ 380) untuk melawan gelombang sektarianisme dalam Gereja. Asal kata: kath’lon (z. aristoteles) = menyeluruh. Dalam paham Zeno berarti prinsip-prinsip umum.
Makna kekatolikan Gereja berarti penebusan Yesus Kristus itu terbuka secara hakiki bagi semua orang baik dilihat dari sudut tempat dan waktu kapan saja. Gereja sebagai perwujudan kehendak Allah memiliki tugas/perutusan untuk menyelamatkan semua dan seluruh pribadi manusia. Dasar-dasar Gereja untuk menyatakan sifat kudus sebagai salah satu ciri Gereja Kristus berpijak pada:
- Dokumen Gereja: karena penebusan Yesus, karya Roh terjadi untuk semua orang (LG 8). Itulah sebabnya bahwa Gereja merangkum semua orang. Inilah yang menjadikan Gereja bersifat universal (LG 13). Keanekaragaman di dalam Gereja menunjukkan sifat katolik yang tidak terbagi (LG 23). Yang termasuk dalam katolik ialah pengakuan iman, sakramen, pemimpin Gerejani, persekutuan dengan jiwa dan raga ada dalam pangkuan Gereja akan diselamatkan (LG 14).
- Di dalam data KS tidak ada kata katolik. Istilah katolik itu sendiri dipakai oleh Ignasius dari Antiokia tahun 380 untuk menunjukkan sifat universalitas Gereja vs bidah. Namun, di dalam Kitab Suci juga terdapat perintah perutusan kepada semua bangsa dalam Mt 28:19, Mk 16:15, Luk 24: 47 dan di bawah penggembalaan Petrus (Yoh 21: 15-19).
Jadi, kekatolikan Gereja berarti bahwa Gereja, berkat kehendak Allah untuk menyelamatkan dunia semesta, juga karena penebusan Yesus Kristus yang secara hakiki berlaku untuk siapa saja dan mengingat karya Roh untuk seluruh manusia à ini semua harus menjadikan Gereja terbuka untuk semua manusia dari berbagai macam tempat dan dalam segala zaman. Akibatnya:
- Gereja harus menerima pluralisme yang hakiki, baik dalam iman perseorangan maupun dalam masyarakat, bagi sejarah manusia dan dikehendaki oleh Allah.
- Gereja tidak dapat membatasi pewartaan dan bentuk-bentuk hidupnya pada bentuk-bentuk suku bangsa / kebudayaan tertentu atau sampai menolak yang lain, melainkan memerlukan bentuk pewartaan yang kontekstual, tidak terikat budaya tertentu. Bdk. Ef 2: 11- 3: 22 à Gereja belum dapat menampung seluruh kepenuhan wahyu di dalam Yesus Kristus. Itulah sebabnya kita mengakui bahwa keselamatan juga tersedia untuk segala bangsa. Semina Verbi, Benih-Benih Sabda itu juga ada di tempat lain, tetapi di dalam Gereja, kita akan lebih cepat menangkap dan mengenal kepenuhan wahyu di dalam Yesus Kristus.
Hendaklah kita jangan membayangkan Gereja universal sebagai jumlah atau kumpulan gereja-gereja lokal yang pada hakikatnya berbeda-beda. Yesus kristus memiliki wajah yang berbeda-beda dalam Gereja Asia, Afrika, Amerika dst… banyak ritus liturgis, tata tertib Gereja, harta pusaka teologis dan rohani yang dimiliki Gereja menunjukkan sifat kekatolikan Gereja yang tidak terbagi (LG 23).
Lalu, bagaimana relasi Gereja dan agama-agama non kristiani? Doktrin agama berbeda satu sama lain, tetapi ada Benih-Benih Sabda (Semina Verbi) yang terserak di mana kita juga mengakui bahwa itulah Semina Verbi. Di dalam agama Yahudi, iman mereka adalah jawaban atas wahyu Allah Perjanjian Lama. Di dalam agama Islam, iman mereka adalah mengakui iman Abraham. Agamaagama lain mencari Allah juga, walau baru dalam bayang-bayang/gambaran.
Apostolik
Apostolos berarti para rasul. Apostolik berarti Gereja terarah pada para rasul, setia pada asal-usul (ajaran dan sakramen, suksesi apostolik, sebagai dasar) dan setia pada tujuan (eskaton, Kristus, alpha-omega, why 1:8 dan 22:13). Ini berarti bahwa Gereja pada masa sekarang ada di masa antara kebangkitan Kristus dan eskaton. Ia mewartakan Injil selaras dengan ajaran Kristus lewat para rasul. Jika ada selisih pendapat, maka rujukan pokok pada ajaran rasul-rasul, apakah sejalan atau tidak. Dasar-dasar Gereja untuk menyatakan sifat kudus sebagai salah satu ciri Gereja Kristus berpijak pada:
- Dokumen Gereja: tradisi apostolik (UR 17), LG 8, LG 20 (para Uskup pengganti para Rasul), LG 22-23 (kolegialitas uskup lokal/universal).
- Kitab Suci: Para rasul adalah orang yang diberi kuasa penuh untuk mewartakan injil (surat Paulus), ada 12 orang yang disebut para Rasul (Injil Sinoptik) dan keikutsertaan di dalam tugas triniter merupakan juga pengertian dari para rasul menurut injil Yohanes.
Kalau kita mempelajari ciri khas apostolitas Gereja Katolik, kita akan mendapati ada tiga lapisan bentuk apostolitas: iman akan Kristus, rumusan iman dalam credo dan jaminan iman di dalam suksesi apostolis. Di dalamnya terangkum penurunan dalam tradisi verbal dan non verbal suatu legitimasi jemaat.
Lalu, kemana Gereja diutus? Semua anggota Gereja mengambil bagian dalam perutusan universal. Panggilan kristiani merupakan panggilan merasul. Kerasulan adalah setiap kegiatan tubuh mistik yang mengusahakan agar seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkan pada Yesus Kristus (AA 2) Ini bermakna:
- Gereja tetap dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, atas saksi-saksi yang dipilih dan diutus Kristus sendiri.
- Dengan bantuan Roh yang tinggal di dalamnya, ia menjaga ajaran, warisan iman serta pedoman-pedoman sehat para rasul dan meneruskannya
- Gereja tetap diajarkan, dikuduskan dan dibimbing oleh para rasul hingga kedatangan Kristus kembali.
===