Penyakit dan sengsara sejak dulu kala merupakan percobaan yang paling berat dalam kehidupan manusia. Di dalam penyakit, manusia menemukan ketidakmampuannya, keterbatasannya dan kefanaannya. Setiap penyakit dapat mengingatkan kita akan kematian. Itulah sebabnya penyakit dapat menimbulkan rasa takut, sikap menutup diri dan kadang-kadang rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Namun, di sini pula kita dapat melihat bahwa penyakit pun dapat membuat manusia untuk lebih dewasa dan matang hidupnya. Manusia bisa melihat hal mana yang penting dan tidak penting dalam hidupnya. Dengan demikian kita bisa berharap bahwa seringkali penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya.
Di dalam dunia Perjanjian Lama, manusia menanggung penyakit dan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah. Bangsa Israel memahami penyakit berhubungan dengan dosa dan dengan yang jahat. Tetapi, kesetiaan manusia kepada Allah akan membuat kita sembuh dan hidup kembali. “Sebab, Aku, Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” (Kel 15:26).
Di dalam dunia Perjanjian Baru, seringkali Yesus menginginkan dari para penderita sakit supaya mereka lebih dulu percaya (Mk 5,34.36; 9,23). Barulah Ia kemudian menggunakan tanda-tanda untuk penyembuhan: ludah and peletakan tangan (Mk 7, 32-36; 8, 22-25), adonan dari tanah dan pembasuhan (Yoh 9, 6-7).
Tetapi kita harus ingat bahwa Yesus tidak menyembuhkan semua orang sakit. Bahkan Ia pun membiarkan Lazarus mengalami kematian. Kalau begitu, dalam keadaan sehat maupun sakit, kita harus sanggup melilhat rencana dan kehendak Allah. Kematian Lazarus begitu penting untuk membuat kita percaya bahwa Yesus adalah Allah atas orang hidup dan mati. Dia pun berkuasa atas kematian dan kehidupan. Penyembuhan-Nya adalah tanda untuk menghadirkan Kerajaan Alah. Tanda-tanda ini memaklumkan lebih dalam dari pada penyembuhan fisik saja yaitu: kemenangan Yesus atas dosa dan kematian melalui paska-Nya.
Sembuhkanlah orang sakit …! Adalah juga perintah yang diberikan Yesus kepada Gereja. Tuhan yang bangkit mengulangi perutusan ini: Atas nama-Ku, mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit dan orang itu akan sembuh (Mk 16,18). Roh Kudus memberikan kepada orang-orang tertentu karunia khusus untuk menyembuhkan (I Kor 12: 9.28.30) guna menunjukkan betapa berdaya guna rahmat dari Dia yang telah bangkit itu.
Gereja menerima tugas ini dari Tuhan dan berusaha melaksanakannya degan merawat orang sakit dan menyertainya dengan doa syafaat. Ritus ini dapat kita peroleh dalam Yak 5,14-15: Kalau ada orang diantara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya akan diampuni.
Tradisi ini sudah berjalan lama dimana setiap orang sakit akan diurapi dengan minyak (zaitun) yang sudah diberkati di dahi dan tangan mereka. Sambil mengurapi itu, diurapkan rumusan berikut ini: “Semoga karena pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangun saudara di dalam rahmat-Nya.” Lama kelamaan, urapan orang sakit ini hanya diberikan kepada orang dalam keadaan sakratul maut, sehingga ia dinamakan sakramen perminyakan terakhir.
Siapa berhak menerima sakramen ini: yaitu mereka yang ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia. Kalau seorang sakit yang telah menerima urapan ini sehat kembali, maka ia dapat menerima lagi sakramen ini apabila ia sakit berat lagi.
Kalau keadaan mendukung, baiklah bila sakramen pengakuan dosa (untuk memulihkan relasi manusia yang terputus akibat dosa) mengawali pemberian sakramen urapan orang sakit ini dan sakramen ekaristi (sebagai bekal perjalanan dalam saat peralihan ke rumah Bapa dan untuk mempersatukan manusia dengan kurban Yesus) menyusul kemudian. Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit ini menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5,15)
P Alfonsus Widhi SX
======================================
Seri Katekese umum – Daftar Isi