GEREJA KATOLIK PAROKI SANTO PAULUS PEKANBARUKatekese Umum X

Katekese Umum X – Sakramen Imamat

January 20, 2014

My food is to do what God wants. He is the one who sent me
and I must finish the works that He gave me to do.

Sifat panggilan Yesus menurut Injil (Mk 3: 13-19, Mk 8: 34-36, Mat 28:19) adalah dipanggil untuk menyertai Dia (tinggal bersama-Nya), -oleh karena itu- dia harus sanggup meninggalkan segala dan semuanya –dengan demikian- dia siap untuk diutus –maka¬- salib menjadi bagian hidupnya. Orang yang dianugerahi lebih, dituntut lebih banyak darinya. Ingat perumpamaan tentang talenta.

Tugas imam adalah sebagai nabi (Ia mewartakan), sebagai imam (ia menguduskan) dan sebagai gembala/raja (ia menggembalakan) semua umat yang dipercayakan kepadanya.

Spiritualitas para imam (umum) adalah relasi terlibat dengan Yesus dan relasi terlibat dengan sesama (ora et labora). Spiritualitas khusus tergantung dari kharisma masing-masing tarekat.

Selibat, bila dilihat dari sejarahnya bukan perintah Yesus (Mt 19:12 HANYALAH NASEHAT INJIL). Tapi para pemuka jemaat kristiani purba amat memperhatikan makna tinggalkan semua untuk Allah. Konsili Nicea (352) melarang siapa saja yang akan ditahbiskan untuk menikah, tapi tidak melarang melangsungkan hidup berkeluarga kalau sudah nikah sebelum tahbisan. Konsili 1139 menyatakan bahwa pernikahan sesudah tahbisan itu tidak boleh dan tidak sah. Konsili Vatikan II 1965 dengan jelas menyatakan dan memperkuat hukum selibater.

Dengan sakramen imamat, hidup berkeluarga tidak menjadi nomor dua. Dua-duanya sama-sama suci dan tidak ada yang lebih rendah, karena tujuannya tunggal: Demi Kerajaan Allah; namun beda jalan dan sarananya.

Kaum religius itu mengemban tiga tanggung jawab kaul sebagai nasehat injili untuk hidup dalam kemurnian, kemiskinan dan ketaatan dalam berbagai seginya. Masing-masing ordo atau tarekat menambahkan satu kaul (kalau mau) sebagai kharismanya.

Dengan sakramen imamat, seorang imam memiliki wewenang bertindak dalam kekuatan dan sebagai pengganti pribadi Kristus sendiri. Ia serupa dengan imam agung. Imamat itu suci tetapi manusia yang mengemban imamat itu tetap manusia, tidak kebal terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi (dosa, setan , maut).

Imamat jabatan (khusus) itu bertugas menampilkan Kristus dan bertindak atas nama seluruh Gereja.