Sakramen inisiasi terdiri dari sakramen babtis, krisma dan ekaristi. Maksudnya, di dalam ketiga sakramen ini terdapat dasar-dasar kehidupan kristiani yang hendak diletakkan oleh Gereja. Dengan sakramen babtis, manusia dilahirkan kembali, lalu diteguhkan dengan sakramen penguatan untuk sanggup bersaksi dan dikuatkan oleh roti kehidupan abadi di dalam ekaristi. Jadi, dengan sakramen inisiasi, manusia dibawa masuk lebih dekat dengan kehidupan Allah sendiri.
Bagi orang dewasa yang hendak dibabtis, mereka akan menjalani masa pengenalan / pelajaran katekumen lewat beberapa tahap seperti: 1] prakatekumenat / simpatisan dan diakhiri dengan katekumen, 2] masa pemilihan sebagai calon babtis terpilih, 3] upacara inisiasi dan 4] mistagogi (pasca pembabtisan).Tujuan tahap-tahap pembelajaran ini adalah
- Untuk menggali pengalaman dipanggil, mengapa aku tergerak untuk mengikuti Yesus lebih jauh? Di sini para katekumen diajak untuk menemukan keindahan panggilan itu.
- Untuk memahami ajaran iman katolik sehingga mereka bisa menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat,
- Untuk membangun fondasi dasar hidup kristiani dan sekaligus
- Mengajak para katekumen untuk mengenal komunitas Gerejani dimana mereka berada.
Yang penting untuk para calon babtis pada saat mengikuti pelajaran ini bukanlah banyaknya jumlah pertemuan, lamanya waktu belajar dan sulitnya belajar melainkan inilah masa pembinaan, pencobaan dan pemurnian iman. Apakah benar aku hendak mengikuti Yesus seumur hidupku?
Sakramen permandian adalah meterai kekal yang tidak terhapuskan oleh apapun juga, termasuk kesalahan dan dosa kita, sejahat dan seburuk apapun, termasuk kalau itu bertentangan dan bahkan melawan Allah sendiri. Maka, masa katekumenat adalah saat belajar untuk menjalani hidup menurut nasehat-nasehat injili (misalnya: hukum kasih). Saat pengenalan ini juga bisa dipakai untuk mengenal upacara-upacara liturgi dalam Gereja Katolik. Jadi, masa pelajaran adalah masa Gereja untuk mengantar para katekumen sampai pada ambang pintu kehidupan baru sebagai pengikut Yesus Kristus.
Dalam setiap pembabtisan, selalu ada wali babtis yang mendampingi para calon babtis. Mereka mendampingi tidak hanya pada saat upacara saja melainkan juga dalam hidup sehari-hari dan dalam hubungan dengan masyarakat. Bila anak babtis mengalami keraguan dan kebimbangan atau sudah berjalan menyimpang dari ajaran kristiani, maka menjadi kewajiban dari para wali babtis untuk menegur dan mengingatkan mereka kembali. Perkembangan hidup kristiani menjadi tanggung jawab tidak hanya mereka yang baru dibabtis melainkan juga tanggung jawab bersama Gereja / umat kristiani lain.
Model pembabtisan: ada pembabtisan anak dan orang dewasa. Untuk pembabtisan anak, mereka dibabtis dalam iman Gereja yang diakui oleh orang tua, wali dan hadirin yang hadir. Ada orang mengatakan bawah ini bisa dikatakan melanggar hak asasi manusia karena si bayi belum bisa berkehendak memilih tetapi sudah ‘dipaksa’ untuk menjadi pengikut Yesus. Untuk pernyataan macam ini, saya biasa bertanya,’ jika orang tua tahu memberikan makanan jasmani yang baik kepada anaknya (misalnya asi atau bubur), pasti dia juga akan memberikan makanan rohani yang terbaik untuk buah hati mereka. Apakah menjadi suatu pelanggaran HAM juga kalau orang tua memberikan makanan rohani yang terbaik kepada anaknya?
Ada juga babtis darah (kemartiran), babtis ini sering terjadi pada masa Gereja perdana, dimana orang menjadi pengikut dan saksi Kristus dengan menumpahkan darah kemartirannya. Ada juga babtis rindu dimana calon babtis tersebut sudah meninggal sebelum sempat dibabtis secara resmi dalam Gereja Katolik. Babtis rindu ini mungkin bila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut: ada kerinduan mendalam dari orang bersangkutan, pernah diutarakan dalam perkataan maupun tindakan sesal atas dosa-dosanya. Tindak kasih pada Tuhan dan sesama sering kita lihat dalam diri orang yang bersangkutan. Inilah penjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima lewat sakramen.
Mengapa katolik bisa menjadi KTP dan napas (Natal-Paskah) saja?
Karena kita terjebak pada ritus-ritus, selalu mengikuti kegiatan Gereja dan peribadatan pada hari minggu dan tidak mengetahui dan memahami maknanya bagi kita. Maka, pondasi hidup beriman ini harus kokoh, yaitu: doa, membaca Kitab Suci, merayakan sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat serta selalu berdialog dengan umat lain atau mereka yang dianggap lebih dewasa untuk mengutarakan segala permasalahan yang sedang dihadapi. Dialog ini perlu, tidak hanya bagi kita yang sedang mempunyai masalah melainkan juga bagi mereka yang merasa tidak punya masalah. Ini akan membantu untuk mendewasakan iman jemaat.
Dalam tradisi Perjanjian Lama, air bah pada zaman Nuh dilihat sebagai keruntuhan bagi dosa dan awal dari kehidupan yang kudus dan menuju kepada keteraturan atau pemulihan kembali ciptaan pada kiash kejadian. Demikian juga ketika Israel menyeberang laut merajh, mereka menyeberangi kematian, dosa dibersihkan dan mereka memulai satu hidup baru dalam perjanjian dengan Tuhan.
Dalam tradisi Perjanjian Baru, Yohanes Pembabtis membabtis di sungai Yordan. Air sungai yang mengalir dari mata air melambangkan kehidupan. Air laut yang tidak berjalan dan mengalir kemana-mana melainkan tetap tinggal di sana melambangkan kematian. Tidak ada kehidupan. Jika Yohanes membabtis dengan air, maka Yesus membabtis dengan air dan darah, lambang tanda babtis dan ekaristi.
Janji Babtis yang diucapkan saat pembabtisan selalu diperbarui setiap malam paska.
Babtis ini merupakan sakramen pertama yang menjadi pintu bagi sakramen-sakramen yang lain. Maka, babtis mengantar orang pada keselamatan, langkah awal untuk hidup dan mati bagi kristus. Rahmat babtis akan membersihkan segala dosa yang telah kita perbuat sejak lahir, apapun itu, tapi tidak menghilangkan kecenderungan untuk berbuat dosa yang ada dalam diri kita. Rahmat babtis juga akan mengantar kita masuk dalam komunitas Gereja pengembara (komunitas umat beriman kristiani yang hidup di dunia ini), Gereja pejuang (saudara-saudara kita yang berada di api penyucian) dan Gereja jaya (mereka yang hidup bersatu dengan Allah di surga). Maka, rahmat babtis akan mengantar kita untuk bersatu dengan Allah secara penuh dan utuh, sejak dari sekarang.
===========