Search

SURAT GEMBALA KEUSKUPAN PADANG – PRAPASKAH 2025

Loading

(Dapat disampaikan pada hari Rabu Abu dan hari-hari sesudahnya sampai pada hari Minggu Prapaskah I di Paroki-Paroki)

PANGGILAN PERTOBATAN DALAM ZIARAH PENGHARAPAN

Para Ibu dan Bapak, saudari dan saudara yang budiman, Para Pastor, Suster, Bruder, Frater, kaum muda, remaja dan anak-anak,
seluruh umat Keuskupan Padang yang terkasih dalam Kristus

  1. Kita mengawali Masa Prapaskah, saat kita berbagi rahmat Tahun Yubileum ini, dengan perayaan Rabu Abu. Abu yang melambangkan sesuatu yang esensial, dari mana kita berasal, mengundang kita untuk berani membebaskan diri dari semua yang berlebihan. Dalam keugaharian dan kesederhanaan, kita menimba rahmat Tuhan yang paling kita butuhkan, yakni belas kasih dan pengampunan-Nya.

Nasehat St. Paulus dalam bacaan liturgi Rabu Abu ini disampaikan kepada kita masing-masing sebagai undangan untuk berekonsiliasi, berdamai kembali dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama dan alam ciptaan. Kita mau berusaha, supaya kita tidak membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kita terima.

“Sebab Allah berfirman: „Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.‟

Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu;
sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” (2Kor. 6:1-2).

2.  Saudara-saudari yang terkasih, Bapa Suci Paus Fransiskus dalam pesannya untuk masa Prapaskah ini mengusulkan refleksi tentang apa artinya berjalan bersama dalam harapan dan tentang tiga panggilan untuk pertobatan dalam belas kasih-Nya.

Panggilan pertama untuk pertobatan datang dari kesadaran bahwa kita semua adalah peziarah dalam hidup ini; kita masing-masing diundang untuk berhenti dan bertanya bagaimana kehidupan kita mencerminkan fakta ini.

    • Apakah saya benar-benar sedang dalam perjalanan, atau
    • apakah saya sedang berdiri diam, tidak bergerak, entah dilumpuhkan oleh rasa takut dan putus asa atau enggan untuk keluar dari zona nyaman saya?
    • Apakah saya sedang mencari cara untuk meninggalkan kesempatan berdosa dan situasi yang merendahkan martabat saya?

Masa Prapaskah akan menjadi masa latihan yang baik bagi kita untuk membandingkan kehidupan kita sehari-hari dengan kehidupan beberapa migran atau orang asing, untuk belajar bagaimana berempati dengan pengalaman mereka dan dengan cara ini menemukan apa yang Tuhan minta dari kita, sehingga kita dapat lebih maju dalam perjalanan kita menuju rumah Bapa. Ini akan menjadi ”pemeriksaan batin” yang baik bagi kita semua yang sedang dalam perjalanan.”

3. Bapa Suci melanjutkan dalam pesannya, “di masa Prapaskah ini, Tuhan meminta kita untuk memeriksa apakah dalam kehidupan kita, dalam keluarga kita, di tempat-tempat di mana kita bekerja dan menghabiskan waktu kita, kita mampu berjalan bersama dengan orang lain, mendengarkan mereka, menahan godaan untuk menjadi egois dan hanya memikirkan kebutuhan kita sendiri.

Marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri di hadapan Tuhan,

    • apakah kita, apakah saya sebagai uskup, sebagai imam, sebagai suster atau bruder, atau kaum awam dalam pelayanan Kerajaan Allah, mampu bekerja sama dengan orang lain.
    • Apakah kita menampilkan diri kita sebagai orang yang ramah, dengan aksi-aksi yang nyata, kepada mereka yang dekat maupun yang jauh.
    • Apakah kita membuat orang lain merasa diterima sebagai bagian dari komunitas ataukah kita justru menjaga jarak dari mereka.

 

Maka Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, inilah panggilan kedua untuk pertobatan: panggilan untuk sinodalitas. Gereja dipanggil untuk berjalan bersama, untuk menjadi sinodal. Umat Kristiani dipanggil untuk berjalan di sisi orang lain, dan tidak pernah sebagai pengembara yang sendirian.

Roh Kudus mendorong kita untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi meninggalkan diri kita sendiri dan terus berjalan menuju Tuhan dan saudara-saudari kita.

Berjalan bersama berarti memperkuat persekutuan yang didasarkan pada martabat kita semua sebagai anak-anak Allah (lih. Gal.3:26–28).

4. “Para Peziarah Pengharapan,” semboyan yang dipilih untuk Tahun Yubileum ini mengundang kita untuk berjalan bersama dalam pengharapan karena kita telah diberi sebuah janji.

“Semoga „spes non confundit‟ (pengharapan tidak mengecewakan) (lih. Rom. 5:5),

menjadi fokus perjalanan Prapaskah kita menuju kemenangan Paskah.”

Inilah Saudara-saudari, “panggilan ketiga untuk pertobatan: panggilan untuk berharap, untuk percaya kepada Allah dan janji-Nya yang besar tentang kehidupan kekal.”

Dalam pesannya, Bapa Suci mengajak kita bertanya kepada diri kita sendiri:

    • “Apakah saya yakin bahwa Tuhan mengampuni dosa-dosa saya?
    • Atau apakah saya bertindak seolah-olah saya dapat menyelamatkan diri saya sendiri?
    • Apakah saya merindukan keselamatan dan meminta pertolongan Allah untuk mencapainya?
    • Apakah saya secara konkret mengharapkan keselamatan?
    • Apakah kita mengalami harapan yang memampukan saya untuk menafsirkan peristiwa-peristiwa sejarah dan yang mengilhami saya untuk berkomitmen pada keadilan dan persaudaraan, untuk merawat „rumah kita bersama‟ sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun merasa dikucilkan?”

5. Saudara-saudari yang terkasih, pada masa Prapaskah di Tahun Yubileum ini, dirayakan edisi ke-12 dari “24 Jam untuk Tuhan” di keuskupan-keuskupan di seluruh dunia, sebuah inisiatif doa dan rekonsiliasi yang dikehendaki oleh Bapa Suci.

Paus Fransiskus telah memilih semboyan yang sangat penting untuk edisi keduabelas dari 24 Jam untuk Tuhan dalam Tahun Yubileum Biasa 2025 ini: “Engkaulah harapanku” (Mzm 71:5).

Acara tersebut akan berlangsung dari hari Jumat tanggal 28 hingga Sabtu 29 Maret 2025 sebelum Minggu Prapaskah IV yang disebut Minggu Laetare. Paus Fransiskus mendeklarasikan satu hari itu, dari sore sampai sore berikutnya, sebagai “24 jam untuk Tuhan,” dengan harapan dapat membawa banyak orang lebih dekat kepada sakramen Rekonsiliasi, di antaranya kaum muda “yang dalam pengalaman serupa cenderung menemukan kembali jalan kembali kepada Tuhan, untuk menjalani momen doa yang intens dan untuk menemukan kembali makna kehidupan itu sendiri.”

6. Maksud diselenggarakannya acara “24 jam untuk Tuhan” ini adalah untuk mengembalikan sakramen rekonsiliasi ke pusat kehidupan pastoral Gereja, dan juga pusat kehidupan komunitas-komunitas kita, paroki-paroki kita, dan semua realitas gerejawi. Ini semua bertujuan untuk menyediakan kesempatan yang luas bagi gereja dan bagi bapa pengakuan sehingga banyak orang dapat menerima sakramen pengakuan dosa. “Inilah inti pesan Injil: Kerahiman Allah lah, yang memberikan kita kepastian bahwa di hadapan Tuhan tak seorang pun akan menemukan hakim, tetapi sebaliknya akan menemukan seorang Bapa yang menyambutnya, menghiburnya dan juga menunjukkan kepadanya jalan menuju pembaruan.

Kiranya inisiatif perayaan 24 jam untuk Tuhan menjelang Minggu Prapaskah IV itu merupakan momen yang tepat dan tetap menjadi ajakan pastoral yang kuat untuk mengingatkan kita menghayati Sakramen Pengakuan Dosa dengan lebih mendalam” (Misericordia et misera n.11). Semoga banyak imam tergerak menjadi rasulrasul kerahiman dan semakin banyak orang mampu menimba rahmat pengampunan Tuhan dalam kesempatan ini.

7. Akhirnya Saudari dan Saudara yang dikasihi Tuhan, saya menegaskan kembali bahwa puasa dan pantang yang kita jalani dalam Masa Prapaskah kita ini, bukanlah sekedar kepatuhan pada aturan-aturan gereja, melainkan wujud nyata pertobatan sosial dan ekologis kita untuk menjadi semakin mengasihi dan lebih peduli pada sesama.

Prinsip batin ini diungkapkan dengan tepat oleh penulis surat pertama Yohanes:

“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: „Aku mengasihi Allah,‟ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” (1Yoh. 4:19-20).

Namun, seperti dalam Injil Minggu Pertama Prapaskah ini, bujukan dan godaan dari si Jahat sering berkedok kebaikan dan keluhuran.

“Sesudah mengakhiri semua pencobaan itu, iblis mundur dari hadapan Yesus, dan menunggu saat yang baik” (Luk. 4:13).

Dan memang benar Iblis muncul lagi pada saat Yesus memasuki penderitaan-Nya: dalam diri Herodes yang kegirangan karena mau “melihat Yesus mengadakan suatu tanda mukjizat” (Luk. 23:8), dalam diri Pilatus yang mengatakan pada Yesus: “Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” (Yoh.19:10); dan akhirnya Iblis tampil dalam personifikasi imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang mengolok-olok Yesus: “Jikalau engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu!”
(Mat.27:40). Di hadapan semua itu, Yesus tetap teguh pada prinsip perutusan-Nya.

Semoga Tuhan membantu kita dalam masa peziarahan ini untuk mampu membedakan bujukan dan godaan si jahat dalam segala tipu muslihatnya. Seperti dikatakan dalam Latihan Rohani Santo Ignasius dari Loyola tentang Panji Setan: “ia mengajak mereka memasang jerat-jerat serta rantai-rantai: mula-mula harus membujuk dengan kelobaan akan kekayaan begitulah yang paling sering dilakukannya agar orang lebih mudah jauh dalam kehormatan dunia yang hampa, dan akhirnya jatuh dalam keangkuhan yang amat besar.

    • Jadi sebagai langkah pertama ialah kekayaan;
    • kedua: kehormatan;
    • ketiga: keangkuhan,

dan melalui tiga langkah ini dia menggiring ke semua kedurhakaan lainnya (LR 142). 

Semoga Tuhan memberkati doa, puasa dan karya amal kita dalam masa tobat ini agar kita menjadi semakin mampu mengatasi tipu daya dan bujukan dari si jahat dan semakin mampu mengasihi serta lebih peduli pada sesama.

Salam belas kasih,

Vitus Rubianto Solichin
Uskup Padang

“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: „Aku mengasihi Allah,‟ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.”

Kasih Kristus Mendorong Kita
5/5
Tinggalkan Komentar
Blank Form (#4)

Terbaru

LIVE STREAMING
DUKUNGAN UNTUK PENGELOLAAN SITUS PAROKI
SCAN ME

2025 March

  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event