Hal pertama yang dilakukan Yesus setelah Ia bangkit adalah mencari murid-murid-Nya. Mereka ditemukan Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut dibunuh seperti Yesus.
Akan tetapi Yesus membaharui kepercayaan penuh kepada mereka dengan berkata, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”- Dan – agar mereka mampu melaksanakan perutusan itu – Yesus menghembusi mereka dengan Roh Kudus – yaitu
Yesus mengkomunikasikan kepada mereka seluruh daya cinta kasih Bapa-Nya.
Sungguh pun demikian – mereka belum begitu berminat pergi memenuhi pesan Yesus. Penginjil mencatat bahwa pada suatu hari mereka berkumpul di pantai danau Galilea untuk meneruskan pekerjaan mereka seperti biasa. Dan Petruslah memprakarsai kegiatannya dengan berkata,”Aku mau pergi menangkap ikan.”
Petrus, seperti biasa, menampilkan diri sebagai leader.
“Kami juga mau datang sama kamu” – kata kawan-kawannya.
Lalu mereka naik ke perahu Petrus dan berangkat….
… mereka itu yang naik ke perahu Petrus.. siapa?
Penginjil memberitahu bahwa dalam perahu Petrus itu ada 7 – tujuh – penumpang:
Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
Kita tahu bahwa dalam injil angka-angka tidak mempunyai arti matematis melainkan arti simbolis Angka 7 menunjukkan totalitas. Jadi :
Petrus dan ke-enam murid lainnya itu menunjukkan komunitas murid-murid Yesus pada waktu itu. Tapi juga komunitas murid-murid Yesus sepanjang zaman – termasuk kita.
Dan Komunitas murid Yesus sepanjang zaman itu – termasuk kita – akan mengalami pula kesulitan untuk percaya kepada Yesus seperti:
Thomas yang disebut Didimus, atau seperti Yakobus dan Yohanes anak-anak Zebedeus yang terbawa oleh fanatisme mau menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan musuh Yesus (Luk 9:54); atau seperti Petrus – yang menyangkal Yesus; atau seperti Natanael atau seperti kedua orang murid-Nya yang lain.
“Kedua murid yang lain itu” tidak diberi nama. Mereka “anonim”…. Alasannya adalah bahwa kedua murid tanpa nama itu adalah lambang murid-murid Yesus yang mau hidup dalam anonimat – mereka tidak mau namanya diketahui orang.
Itulah para penumpang perahu Petrus! –
Perahu Petrus suka dipakai sebagai Lambang GEREJA KATOLIK di mana nakodanya adalah SRI PAUS – PENGGANTI PETRUS.
(Setelah uraian yang penting ini – mari kita kembali kepada Simon Petrrus.)
3 Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.”
Penginjil menggaris-bawahi bahwa murid-murid Yesus – dalam situasi yang tidak menentu – dalam situasi yang kritis – dari pada tinggal bersama Yesus – mereka tinggal bersama Petrus. Maka akhibatnya apa?
… malam itu mereka tidak menangkap apa-apa! – Akhibatnya: Kegagalan!
Pada hal Yesus sudah pernah mengingatkan mereka, “Tanpa Aku, kalian tak dapat berbuat apa- apa.(Yoh 15:5) – Namun Yesus tidak meninggalkan mereka. –
Juga di situ – di danau Tiberias – ketika matahari mulai terbit, Yesus – terang dunia – berdiri di pantai itu!
Yesus, datang kepada mereka; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu bahwa itu Yesus. Artinya: murid-murid mengenal Yesus yang pernah hidup bersama mereka. Akan tetapi mereka belum mengenal Yesus yang telah bangkit jaya itu.
Lalu Yesus menyapa mereka dengan kata yang penuh kasih sayang – seperti ibu menyapa anak kandungannya. Yesus menyapa mereka dengan berkata “ Paidia ” “Paidia” – Anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk – pauk?”
Lauk-pauk dimakan bersama roti untuk memberikan rasa lezat dan untuk menambah gizi pada roti. – Konkritnya:
Yesus – yang telah menganugerahkan diri-Nya sebagai roti yang menghidupi manusia dengan cinta kasih-Nya – sekarang Yesus minta agar murid-murid-Nya menyediakan lauk-pauk! – yaitu – agar murid-murid-Nya ikut mencintai dan melayani manusia lewat perbuatan kasih yang nyata!
Maka Yesus bertanya kepada mereka,
“Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk – pauk?”Jawabannya? Tidak ada. –
Mereka tidak punya lauk-pauk. Maka Yesus berikan petunjuk,
“Tebarkanlah jalamu disebelah kanan.”- Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
“…. banyaknya…” menerjemahkan kata “pleqoz” = “pletsos” –
Kata “pletsos telah ” dipakai oleh penginjil di bab 5 – injilnya – ketika di serambi-serarnbi di sekitar kolam Betseda di Yerusalem – berbaring ‘pletsos’ – ‘seiumlah besar’ – orang sakit : orang buta, orang timpang dan orang-orang lumpuh – [menurut Rabi Hillel – itulah cara untuk mengaitkan dua peristiwa: pakai kata yang sama hanya dalam kedua peristiwa itu] – Perlu kita ingat pula bahwa orang yang kena penyakit-penyakit seperti itu – oleh raja Daud dilarang masuk Bait Allah di Yerusalem – dilarang menghadap Tuhan – karena penyakit yang seperti itu diyakini kutukan Allah atas dosa-dosa mereka. Mereka itu adalah manusia yang dikucilkan oleh agama dan masyarakat. – Maka petunjuk yang diberikan Yesus hari ini kepada komunitas-Nya untuk meneruskan misi- Nya adalah: membawa kasih sayang Bapa-Nya kepada manusia-manusia yang dilarang oleh agarna dan masyarakat mendekati Tuhan sebab mereka dianggap tak pantas! : – “Untuk herjumpa dengan Tuhan, manusia harus pantas!” Demikianlah ketentuan agama, tapi bukan ketentuan Yesus, yang datang justru utk orang berdosa dan bukan untuk orang saleh. – Maka apabila komunitas Yesus rnengarahkan misinya kepada manusia yang dikucilkan oleh agama dan masyarakat – maka hasilnya akan berlimpah
7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” – Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
Mari kita perhatikan deskripsi tentang Petrus: sebab ia telanjang – tapi ia mengenakan pakaiannya untuk terjun ke dalam danau! Ini tidak dilakukan oleh Petrus karena merasa malu berjumpa dengan Yesus telanjang! – Bukan itu! Pesan penginjil sangat penting! Sebab acuannya adalah perjamuan terakhir. Penginjil mengaitkan peristiwa ini dengan Perjamuan terakhir dengan mempergunakan kata yang sama – yaitu – “diezwsen” = ” diesosen” – “mengenakan pakaiannya” yang dilakukan Petrus di sini dengan apa yang telah dilakukan Yesus selama Perjamuan terakhir ketika Yesus mengenakan celemek untuk membasuh kaki murid- murid-Nya (Yoh 13:4) – Jadi bahwa Petrus telanjang berarti bahwa Petrus belum mengenakan sikap pelayanan, tapi mulai dari sekarang ia menganakan sikap pelayanan seperti Yesus.
Penginjil Yohanes menulis lagi bahwa
Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.”
… “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.”…
Acuan peristiwa ini adalah Perjamuan Ekaristi… di mana Yesus minta agar murid-murid-Nya
pun ikut dalam perjamuan-Nya dengan membawa ikan yaitu kerelaan untuk ikut mencintai seperti Yesus mencintai lewat perbuatan kasih yang nyata untuk mengurangi penderitaan sesama dan untuk mendukung kehidupan dan kebahagiaan sesama.
Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya. – Apakah maknanya angka 153 itu? Sampai hari ini belum ada penjelasan yang dapat diandalkan tentang makna angka 153 itu.
YESUS DAN PETRUS
Yesus merasa perlu mendekati Petrus secara personal – sebab Yesus mau membaharui hati Petrus.
Mengapa? Perlu kita ingat apa yang pernah terjadi.
Pada suatu hari Yesus berkata kepada mereka, “Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai.
Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.”
Kata Petrus kepada-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.”
Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, vbc sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah “menyangkal Aku tiga kali.” Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Mrk 14, 27-31) – Maka hati Petrus perlu dibarui, sebab Yesus masih mau menetapkan Petrus sebagai Penanggung jawab atas komunitas-Nya.
Untuk dapat menikmati kekayaan dan keindahaan dialog antara Yesus dan Petrus perlu kita baca itu dalam bhs yunani yang telah dipakai oleh penginjil untuk menulis injilnya.
Dalam bhs yunani kata ‘mencintai’ dapat diungkapkan dengan dua kata yang berbeda. Ada kata: AGAPAO – dan – ada kata: FILEO
Dalam injil ‐ AGAPAO ‐ dipakai hanya untuk kasih Yesus dan Bapa‐Nya terhadap manusia. AGAPAO ‐ adalah kasih murni, yang tidak mengandung unsur egoisme; kasih setia sampai mati; mencintai satu arah, apa pun tanggapan manusia.
‘Agapao’ hanya mengutamakan kepentingan dan kebahagiaan orang yang membutuhkan dicintai – tanpa mengharapakan imbalan.
FILEO – adalah cinta antar manusia – cinta sama cinta – cinta antara teman, sahabat. Sekarang mari kita perhatikan dialog antara ‘Yesus – Imanuel – Allah beserta kita – dengan ‘manusia Petrus’.
Setelah makan,Yesus bertanya kepada Simon Petrus:
“Simon, ‘anak’ Yohanes… ‘anak’: di sini berarti murid, sebab sebelumnya Petrus adalah murid Yohanes Pembaptis ‐ “Simon, ‘anak’ Yohanes apakah engkau agapao = mengasihi aku “lebih dari mereka ini” ? ‐
( Masih ingat pernyataan Petrus? “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.”)
Maka Yesus bertanya,
“Simon, ‘anak’ Yohanes apakah engkau agapao = mengasihi aku “lebih dari mereka ini” ?
Jawab Petrus:
Ya, Tuhan, saya “fileo” ‐ saya sahabatmu. – (bukan: agapao)
Nah, Yesus menerima apa yang dapat diberikan oleh murid itu – maka berkatalah Yesus kepadanya: “Peliharalah anak‐anak domba‐Ku.” – Artinya: sebagai gembala, usahakanlah makanan, kesejaterahan bagi anak-anak dombaKu.” Dalam ternak – anak-anak domba itu membutuhkan perhatian khusus karena mereka sangat lemah
Untuk kedua kalinya
Yesus bertanya: Petrus, anak Yohanes, apakah engkau agapao ‐ mengasihi aku? Perhatian!: Kali ini Yesus tidak minta ‘lebih dari mereka ini’. – Yesus telah mengurangi tun- tutan sebatas kemampuan kasih Petrus.
Tapi Petrus juga tidak naik dalam mutu cinta kasihnya kepada Yesus. Jawabannya tetap sama:
Petrus jawab: Saya “fileo” ‐ saya sahabatmu. – (bukan: agapao)
Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba‐domba‐Ku.”
Artinya: Pimpinlah, lindungilah domba-dombaKu. – Tadi Petrus diberi tanggung jawab atas anak-anak domba, sekarang Petrus diberi tanggung jawab “atas domba-domba.”
Untuk ketiga kalinya
Yesus bertanya kepadanya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”
Mendengar ‘untuk ketiga kalinya’ ” apakah engkau mengasihi Aku?” – membuat Petrus galau, gelisah sebab ia ingat akan perkataan Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Maka sedihlah hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?”
Perhatian!
Untuk dua kali berturut-turut Yesus tela bertanya kepada Petrus:
“Apakah engkau agapao – mengasihi aku?”
Akan tetapi kali ini pertanyaan Yesus berbeda. Yesus tidak bertanya lagi“Apakah engkau agapao – mengasihi aku?” – melainkan: “ apakah engkau “fileo” = “sahabat-Ku?” – Yesus turun untuk menyamakan hatinya dengan kemampuan hati Petrus yang hanya mampu bersahabat –
Maka kali ini Yesus bertanya kepada Petrus,
“ Petrus, “ apakah engkau “fileo” = “sahabat-Ku?” –
Kata Petrus, “Ya, Yesus, Engakau tahu bahwa saya “fileo” “sahabatmu.”
Mengharukan rasa kemanusiaan Yesus!
Dengan cara demikian Yesus mau mengatakan kepada Petrus bahwa ia diterima seperti adanya.
Dan kepadanya Yesus membarui kepercayaan-Nya yang sepenuhnya:
Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba‐domba‐Ku!
*****
Inilah cara Yesus memenangkan hati Petrus! Dan ini pun cara Yesus memenangkan hati kita!
*****

P Otello Pancani SX
Pastor Rekan Paroki - Misionaris Xaverian
Share this:
- Click to share on Facebook (Opens in new window)
- Click to share on X (Opens in new window)
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
- Click to share on Pinterest (Opens in new window)
- Click to share on Telegram (Opens in new window)
- Click to share on Threads (Opens in new window)
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window)