Pemahaman Tentang Kemerdekaan
Gagasan tentang kemerdekaan didasarkan dari ajaran bahwa Allah menciptakan manusia menurut citraNya sendiri. Manusia dianugerahi daya serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri. Sejak lahir manusia dianugerahi akal budi, kemampuan dan kecakapan-kecakapan tertentu dan sifat yang harus diolah supaya membuahkan hasil. Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang berdaulat. Semua hak manusia ialah hak mengembangkan diri sebagai citra Allah. Hak manusia dilindungi Tuhan, terutama bila ia sendiri tidak mampu membela diri. Ketika manusia kehilangan haknya karena kesalahannya sendiri, Tuhan tetap membela dan melindunginya sebagaimana tertulis dalam Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus:”Apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan yang berarti, supaya jangan ada orang yang memegahkan diri di hadapan Allah”. (I Kor 1:27-29),
Kemerdekaan amat dirindukan manusia. Tetapi seringkali manusia mendukung kemerdekaan dengan cara salah. Manusia mengartikannya sebagai kesewenang-wenangan untuk berbuat sesuka hatinya atau berdosa. Padahal kemerdekaan yang sejati merupakan tanda yang mulia, gambar Allah dalam diri manusia, karena Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri. Maksudnya supaya manusia secara sukarela mengabdi kepadaNya secara merdeka hingga mencapai kesempurnaan hidup. Memang kemerdekaan manusia seringkali terbelenggu oleh dosa, tetapi dengan bantuan rahmat Allah manusia dapat meluruskan gerak hatinya kepada Allah. Setiap manusia harus mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya sendiri di hadapan tahta pengadilan Allah, sesuai dengan perbuatannya yang baik maupun yang jahat.
Setelah terbelenggu oleh dosa, manusia tetap merindukan kemerdekaan. Kitab Perjanjian Lama menulis, ketika manusia mengalami ketidakmerdekaan, manusia berseru kepada Allah supaya menjadi pembebas dari segala kesesakan. Kitab Keluaran mengisahkan peristiwa pemerdekaan bangsa terpilih dari penindasan bangsa asing dan perbudakan. Kemerdekaan itu dimaksudkan untuk pembentukan umat Allah dan ibadat perjanjian yang dirayakan di Gunung Sinai. Peristiwa tersebut telah menjadi kenangan bagi umat Yahudi yang hidup dalam pengharapan akan kemerdekaan baru, pasca runtuhnya Yerusalem dan pembuangan di Babilonia. Pengalaman ini menorehkan pengalaman bahwa Tuhan adalah Sang Pembebas.
Para Nabi sesudah Amos pun menyatakan tuntutan keadilan dan solidaritas serta mengecam kaum kaya yang menindas kaum miskin. Para Nabi membela para janda dan yatim piatu. Mereka mengecam penguasa dengan ancaman bahwa mereka akan mengalami hukuman keras karena kejahatannya. Para Nabi mewartakan bahwa kesetiaan pada Perjanjian Tuhan harus diikuti dengan tindakan adil kepada sesama, karena Tuhan adalah pembela dan pembebas kaum miskin. Apalagi, Perjanjian Lama menegaskan perintah mengasihi sesama merupakan hukum tertinggi dalam kehidupan sosial. Tujuan dari pemerdekaan itu tak lain kedamaian di mana tercipta ketertiban baru, baik hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan alam. Itulah saat kerajaan Allah hadir.
Perjanjian Baru mempertegas tuntutan Perjanjian Lama secara lebih radikal. Yesus yang menjadi miskin mengajak manusia untuk mengenal kehadiranNya dalam diri orang miskin. Yesus mengalami penderitaan sebagaimana kaum miskin yang menderita. Kemiskinan Yesus bukan sekedar solidaritas dengan kaum miskin saja, tetapi merupakan perlawananNya terhadap Mamon. Jelaslah bahwa panggilan orang Kristen untuk menjalankan kasih persaudaraan dan berbelas kasih.
Santo Paulus mempertegas anjuran ini saat menghadapi situasi Korintus yang kacau dengan menekankan ikatan persaudaraan cinta kasih dan membantu saudara yang kekurangan. Dengan demikian, wahyu Perjanjian Baru mengajarkan kepada kita bahwa dosa adalah kejahatan yang terbesar, maka kemerdekaan yang diusahakan mestinya kemerdekaan dari dosa yang menjadi penentu kemerdekaan lainnya.
Sifat radikal pemerdekaan yang dibawa Yesus diarahkan kepada semua orang menuntut perubahan kondisi sosial atau politik. Sumbernya ialah kemerdekaan baru yang diberikan oleh rahmat Yesus yang harus berdampak dalam bidang sosial politik. Oleh rahmat itu, tiap pribadi hendaknya mematikan akar kejahatan yang mengakibatkan penindasan dan ketidakadilan. Akar kejahatan terletak dalam pribadi yang harus dipertobatkan oleh rahmat Yesus supaya hidup dan bertindak sebagai mahluk baru dalam cinta kasih kepada sesama
Kemerdekaan Dalam Kitab Suci
KItab Suci memuat tiga arti dari kata kemerdekaan ialah: merdeka dari perbudakan, merdeka dalam bersikap dan berperilaku dan merdeka untuk menaati hukum kemerdekaan yang sempurna, yaitu warta gembira Kerajaan Allah. Kemerdekaan dalam arti tersebut merupakan kemerdekaan sejati yaitu kemerdekaan anak-anak Allah dalam Yesus Kristus.
Kemerdekaan hanya akan terwujud, kalau manusia merdeka dari pamrih, kehendak sendiri dan kepentingan sendiri, seperti dikatakan Paulus:”sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”. Kemerdekaan tanpa pamrih, kehendak dan kepentingan sendiri, merupakan panggilan setiap manusia.
Kemerdekaan Dalam Ajaran Gereja
Allah menciptakan manusia sebagai mahluk berakal dan berbudi. Manusia dengan akal dan budi itulah mereka bertanggungjawab atas segala tindakannya, “Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri”, Kemerdekaan bukan suatu tindakan semau gue, tetapi kemerdekaan manusia yang mengarah kepada hal yang baik. Kemerdekaan sejati merupakan gambaran Allah dalam diri manusia, agar manusia dengan sukarela mencari PenciptaNya dan dengan mengabdi kepadaNya secara merdeka agar mencapai kesempurnaan yang penuh dan membahagiakan.
Martabat manusia menuntut agar ia bertindak secara merdeka dan sadar. Apalagi, manusia tindakannya pertama-tama didorong dari dalam diri dan bukan dari luar dirinya. Manusia dapat bertindak merdeka sesuai martabatnya, jika ia memerdekakan diri dari segala nafsu-nafsu liar, supaya dapat secara merdeka memilih apa yang baik. Kemerdekaan manusia yang terluka oleh dosa, hanya dapat diluruskan dengan rahmat Allah sehingga manusia dapat hidup merdeka dan terarah kepada kebaikan. Rahmat Tuhan selalu membantu kita untuk hidup selaras dengan kehendak Allah.
~Y Sugiyana