Search

Minggu Palma: > SANG MESIAS < ISRAEL SALAH ORANG‐NYA

Loading

  • Minggu Palma 
  • Tahun C
  • Luk 19, 28‐40
Picture of P Otello Pancani SX
P Otello Pancani SX

Pastor Rekan Paroki - Misionaris Xaverian

Mari kita coba mengerti dari Penginjil Lukas (19:28-40) apa yang telah terjadi pada hari itu di kota Yerusalem

Yesus telah berdoa....

"Ya, Bapa, Aku mengenal Engkau, dan Aku telah memberitahukan Siapakah Engkau kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya."

Pekan ini adalah puncak di mana Yesus memberitahukan kepada dunia Siapakah Allah, BapaNya, melalui peristiwa-peristiwa yang akan dilalui-Nya, yaitu:

Allah menganugerahkan diri sebagai santapan bagi manusia

Allah membasuh kaki manusia untuk melayani dan memuliakan manusia.

Allah menyatakan bahwa,

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat sahabatnya.

(Yoh 15:13)

adalah puncak kebahagiaan Bapa, yang ingin berbagi hidup Nya dengan manusia.

Lukas menulis bahwa Yesus mau ke kota Yerusalem bersama murid-muridNya.

Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun…
Lukas menyebut desa Betfage

Betfage sudah termasuk lingkaran luar, kota Yerusalem. Betfage terdapat di lereng Bukit zaitun. Bukit zaitun dalam tradisi Israel dikenal sebagai tempat doa. Para nabi suka mengaitkan Bukit zaitun dengan kedatangan Sang Mesias.

Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan,

“Pergilah ke kampung yang di depanmu itu:… ,

— tidak disebut nama kampung itu – sebab dianggap sudah diketahui bahwa kampung itu adalah Betania, tempat tinggal Lazarus dan saudari-saudarinya: Marta dan Maria.

kamu akan mendapati seekor keledai muda …

Yesus berbicara tentang seekor keledai.
Yesus membutuhkan keledai itu. Ia mau pakai keledai itu

Dengan menyebut “seekor keledai” Yesus mengacu kepada seorang nabi – namanya Zakharias – yang telah hidup 4 abad sebelum Yesus – yang bernubuat tentang Utusan Allah atau Mesias sbb:

“Bersorak-sorailah, hai Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu.

Ia lemah lembut dan ia mengendarai seekor keledai, seekor keledai yang muda.”

Pada waktu itu sarana transportasi umum bagi masyarakat adalah keledai.

Sedangkan kendaraan yang dipakai seorang penguasa, seperti seorang raja, bukan keledai, melainkan kuda.

Dan kuda dipakai juga untuk berperang, untuk menundukkan musuh. Kuda adalah lambang kuasa dan kekerasan. 

Seorang Mesias, yang mengendarai seekor kuda adalah figur Mesias yang dimimpikan oleh tradisi bangsa Israel. Sebab Israel adalah bangsa kecil yang selalu menjadi mangsa negaranegara besar di sekitarnya seperti: Mesir, Babilon, Surya….

Maka Orang Israel itu – bermimpi akan seorang utusan Allah – yang mereka suka sebut Mesias – yang akan kebal mati, yang akan membinasakan ‘para musuh dan penjajah’ – seperti Roma – dan akan menjadikan Israel bangsa adikuasa – yang akan dilayani oleh bangsa-bangsa kafir!

Akan tetapi nubuat nabi Zakharias ini merobohkan mimpi bangsanya itu dengan berkata, bahwa

“Mesias itu” – “akan melenyapkan kereta-kereta perang dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan mengumumkan perdamaian antara bangsa bangsa.” (Za 9:8-10) –

Maka itu nubuat Zakharias ini tak pernah disampaikan oleh institusi agama kepada bangsanya.

Didiamkan saja

……kamu akan mendapati seekor keledai tertambat. Lepaskanlah keledai itu…

Apakah makna yang terkandung dalampernyataan dan permintaan Yesus ini?

Bagi penginjil Lukas pernyataan dan permintaan Yesus: ‘kamu akan mendapati seekor keledai tertambat. Lepaskanlah keledai itu’ mengandung arti yang mendalam.

Pernyataan dan permintaan Yesus itu ada kaitan dengan nubuat nabi Zakharias itu.

Maksudnya: hanya nabi Zakhariaslah satu-satunya nabi yang melawan Tradisi Israel tentang figur Mesias yang superman itu.

Maka Institusi agama Yahudi mendiamkan, menutup-nutupi, mengikat pewartaan nubuat Zakharias ini bagi masyarakat. Mereka membungkam suara nabi Zakharias tentang seorang Mesias yang lemah lembut, pembawa damai, akan tetapi ia “akan melenyapkan kereta-kereta perang dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan mengumumkan perdamaian antara bangsa-bangsa.” (Za 9:8-10)

Nubuat nabi Zakharias ini meniadakan mimpi akan seorang Mesias yang akan menegakkan kembali Kerajaan Daud yang sudah mati itu

Lalu Yesus datang untuk melepaskan nubuat Zakharias itu, untuk menyuarakan pesan Nabi Zakharias tentang sikap dan misi Mesias, dengan menghadirkan diri-Nya sebagai Mesias pembawa damai, lemah lembut yang mengendarai seekor keledai.

Yesuslah mesias yang telah menggenapi nubuat itu.

Yesuslah mesias yang lemah lembut itu yang mengendarai seekor keledai

Kemudian Lukas menulis bahwa terhadap penampilan Yesus yang mengendarai seekor anak keledai itu ada dua kelompok orang yang reaksinya berbeda.

Mereka membawa keledai itu kepada Yesus – lalu mengalasinya dengan mantol mereka – dan menolong Yesus naik ke atasnya.

Dalam budaya orang Israel ‘mantel’ melambangkan pribadi orang itu sendiri. Lalu maksudnya adalah bahwa murid-muridNya menyambut dan mengakui Yesus sebagai mesias pembawa damai dan yang lemah lembut itu dan dijadikanNya pedoman hidup mereka

yang tidak menaruh mantol mereka di atas keledai itu dan menolong Yesus naik ke atasnya, melainkan mereka membentangkan mantol mereka di jalan yang dilalui oleh Yesus.

– Apakah maksudnya?

Dalam budaya orang Israel ‘mantel’ melambangkan pribadi orang itu sendiri.

Pada zaman itu ketika seseorang dinobatkan sebagai raja – sebagai tanda ketaatan kepadanya – masyarakat menghamparkan mantelnya di jalan yang akan dialalui oleh raja.

Itu terjadi juga apa bila seorang raja menaklukkan satu bangsa; masyarakat yang ditaklukkan itu diharuskan menghamparkan mantel mereka di jalan yang dilalui oleh sang raja pemenang.

Lukas memberi isyarat bahwa masyarakat yang menghamparkan mantelnya di jalan yang dilalui Yesus itu adalah bangsa Israel yang mimpikan Yesus sebagai mesias politik.

Mereka berpikir bahwa inilah saat Yesus masuk kota Yerusalem sebagai Sang Mesias yang dinanti-nantikan, – inilah saatnya Ia mengambil alih kekuasaan.

Inilah saatnya ia akan membinasakan penjajah Israel dan musuh musuhnya –
dan inilah saatnya – Yesus Sang Mesias itu – menegakkan kerajaan Israel atas segala bangsa.

Maka mereka itu mengelu-elukan Yesus, sambil berteriak,

Terpujilah Putera Daud! Hosanna Putera Daud Terberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan! Terpujilah yang mahatinggi! (Mat 21:9)

Seruan-seruan itu diambil dari mzm 118 yang suka dinyanyikan oleh bangsa Israel pada pesta
Pondok Daun – di mana tradisi Israel mengatakan bahwa pada pesta Pondok Daun itu Sang
Mesias akan tampil secara mendadak – di bubungan Bait Allah di kota Yersualem untuk
menegakkan kerajaan Israel.

Hosanna berarti, selamatkanlah kami, atau berilah kami keselamatanmu – tapi keselamatan yang mereka nantikan adalah keselamatan politik!

Dan perlu dicatat pula bahwa seruan itu – mereka arahkan kepada Yesus sebagai Putera Daud!

Anak, dalam budaya bangsa Israel, adalah dia yang bukan hanya diperanakkan bapanya, tetapi juga, dia yang menyerupai bapanya dalam tingkah lakunya.

Dengan meneriakkan Yesus sebagai ‘anak Daud’ mereka mengingatkan kepada Yesus bahwa ia sebagai Mesias harus menyerupai raja Daud dalam menegakkan”kerajaan Israel’ yang telah lenyap itu.

Pada hari itu, masyarakat kemabukan fanatisme nasionalis.

Suasana Yesus masuk kota Yerusalem waktu itu, bukanlah suasana religius – melainkan suasana politik yang panas, sebab mereka yakin bahwa Yesuslah Sang mesias, anak Daud, yang dinanti-nantikan untuk menghidupkan kembali kerajaan Daud yang sudah mati itu.

Siapakah Daud – siapakah raja Daud?

Menurut sejarah, Daud itu pada awal adalah seorang geriliawan yang lincah dan kejam. Ia berhasil mengumpulkan segerombolan orang dan bersama mereka ia menundukkan raja-raja di sekitarnya, lalu dengan kekerasan dan dengan akte terorisme ia menyatukan ke 12 suku Israel menjadi kerajaan Israel – yang terkenal itu.

Dengan meneriakkan Yesus sebagai ‘anak Daud’ mereka mengingatkan kepada Yesus bahwa tugasnya adalah menyerupai raja Daud dalam menegakkan kembali ”kerajaan Israel’!

Akan tetapi masyarakat itu keliru sebab Yesus tidak akan bersikap seperti Daud.
Yesus bukan mesias yang mereka pikirkan!
Yesus adalah anak Bapanya Nya, yang penuh kasih bagi semua orang.
Mereka keliru. Mereka salah orangnya!

Sebab Yesus tidak datang untuk menegakkan kembali kerajaan Israel yang sudah mati itu – Yesus datang untuk menegakkan kerajaan BapaNya: kerajaan yang berpedoman pada kebenaran dan kehidupan, – kerajaan yang memancarkan kesucian dan rahmat, – kerajaan yang berlimpahkan keadilan, cinta kasih dan perdamaian.

Mereka salah orangnya

Pada hari itu masyarakat Israel kemabukan fanatisme nasionalis.

Beberapa hari lagi, seperti akan kita dengar dalam Kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus – ketika imam besar Kayafas beserta Institusi agama dan masyarakat Israel menyadari bahwa mereka keliru tentang Yesus sebagai Mesias, maka mereka akan berteriak kepada Pilatus,”Buanglah Dia, salibkan-salibkanlah Dia”.

Yesus, bukan mesias yang mereka butuhkan. Maka mereka buang Dia dan menyalibkan Dia!

Ada kalanya bahwa dalam liturgi Hari Palma masih bisa terdengar umat yang bernyanyi:

Putera-puteri Hibrani membentangkan pakaian di jalan dan bersorak gembira menyambut Yesus sambil berseru: Hosanna Putera Daud!

Putera Daud berarti menyerupai Daud dalam tingkah lakunya.

Sebenarnya ajakan yang seperti ini bisa mencabut kita dari realitas sejarah untuk
memasukkan kita ke dalam suatu ” dunia rohani ” yang tidak realistis!

Akan tetapi bukan itu maksud Gereja!

Maksud Gereja adalah mengajak kita untuk bersikap seperti murid-murid Yesus yang pada waktu itu mau menjadikan Yesus pedoman hidup mereka.

Merekalah yang membawa keledai itu kepada Yesus – lalu mengalasinya dengan mantol
mereka – dan menolong Yesus naik ke atasnya. Dalam budaya orang Israel ‘mantel’ melambangkan pribadi orang itu sendiri.

Maksudnya :

murid-murid-Nya menyambut dan mengakui Yesus sebagai mesias pembawa damai yang lemah lembut itu dan dijadikannya pedoman hidup mereka.

Lalu, mengapa masih bisa terdengar ajakan untuk bernyanyi: “Hosanna Putera Daud?” –

Alasannya adalah bahwa teks-teks liturgi ini telah ditentukan pada awal abad XVI dan pada waktu itu Gereja belum memiliki pemahaman Kitab suci seperti akan terjadi di kemudian hari.

Kasih Kristus Mendorong Kita
5/5
Tinggalkan Komentar
Blank Form (#4)

Terbaru

LIVE STREAMING
DUKUNGAN UNTUK PENGELOLAAN SITUS PAROKI
SCAN ME

2025 March

  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event
  • No event