Allah Tritunggal atau Trinitas merupakan doktrin yang sukar dan membingungkan kita. Kadang-kdang orang Kristen dituduh mengajarkan pemikiran yang tidak masuk akal. Tritunggal bukan berarti triteisme, yaitu di mana ada tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah. Kata Trinitas dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya.
Sebagai orang Katolik ada satu persoalan yang sulit untuk ditemukan jawaban yang pas saat berhadapan dengan pertanyaan bagaimana kita bisa memahami Trinitas. Bagian pertama dari Syahadat Para Rasul justru berisi iman akan Allah Tritunggal. Pertanyaan ini sulit untuk dijawab sebab minimnya pengetahuan iman umat. Kesulitan ini dikarenakan pertanyaan ini menyangkut hakekat diri Allah sendiri yang penuh misteri dan melampaui akal budi kita.
Dalam setiap perayaan Ekaristi atau setiap kali berdoa, kita membuat tanda salib dalam nama bapa dan Putera dan Roh Kudus. Inilah yang oleh iman kita disebut sebagai Tritunggal Mahakudus atau Trinitas. Sama seperti agama-agama lain, iman Kristiani (Gereja Katolik) juga menganut paham Monoteisme, percaya bahwa ada satu Allah. Namun terkait dengan ajaran tentang Tritunggal ini umat Katolik sering mendapatkan pertanyaan dari berbagai pihak tentang bagaimana menjelaskan Allah yang satu itu memiliki 3 pribadi : Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Ada yang bertanya sekedar ingin tahu. Namun tak sedikit juga yang bertanya karena ingin menyerang iman Katolik.
Kata yang tak pernah dilupakan dalam menjelaskan Tritunggal adalah misteri. Akal budi manusia tidak akan pernah mampu untuk menyelami secara penuh dan sempurna tentang Allah Tritunggal. Kehadiran Yesus Kristus dalam kehidupan manusia, membuat kita lebih dalam mengenal misteri Allah ini. Yesus berkata “Barangsiapa melihat aku ia melihat Bapa”. Yesus sendiri jugalah yang menjanjikan Roh Kudus untuk menemani hidup kita. Kita kadang hanya mampu memberikan analogi atau perumpamaan, sebagaimana Yesus yang sering memakainya saat mengajar. Namun sebagus apapun perumpamaan atau analogi tentang Allah, tidak akan mampu secara tepat merumuskan secara tepat tentang Allah, Allah tetap tidak terselami.