Masa Prapaska, Masa pertobatan. Kita diminta untuk mengaku dosa sedikitnya sekali dalam setahun menurut ajaran Gereja.
Bukan untuk kepentingan ketertiban gereja, melainkan untuk memperbaki relasi kita dengan Allah, dengan sesama, dan terutama dengan diri kita sendiri.
Bahan pertemuan prapaska yang digarap oleh Seksi Katekese ini bisa dijadikan sarana pemeriksaan diri sepanjang masa prapaskah, dan sebelum masuk ke ruang pengakuan dosa.
Selamat Mengaku Dosa
- Pertemuan pertama Luk 4:1-13
Jesus menjadi contoh utama kita harus teladani!
Didorong oleh Roh, Dia ke padang gurun bukan karena keinginan-Nya sendiri. Yesus selalu menyesuaikan diri dengan kemauan Roh Allah.
Ia adalah Adam baru yang menolak melakukan yang diusulkan Iblis, tetapi Kitab suci dan kehendak Bapa-Nya. Ia adalah Israel baru yang tidak memberontak terhadap Firman Allah.
Periksa diri
- Bagaimana perasaan saya kala dipuji atas hasil kerja pelayanan saya? Apa saya ingat bahwa semua ini adalah karna kemurahan hati Tuhan?
- Apakah saya bangga karena dipilih sebagai pelayan di gereja? Apa saya ingat bahwa semua ini adalah karna kemurahan hati Tuhan?
- Pernahkah saya memperhatikan karya pelayanan orang lain?
- Pernahkan saya marah karna karya pelayanan saya tidak dihargai?
- Pernahkah saya mau menjadi pusat perhatian semua orang dan menonjolkan diri dan Tuhan tidak diakui dan tidak dimuliakan di dalam kehidupanku?
- Pernakah saya memperalat kekuasaan Tuhan demi kepentingan pribadi?
2. Pertemuan Kedua: Luk 9:28-36
Yesus menyatakan kepada tiga murid misteri diri-Nya. Di dalam diri Kristus kemuliaan Allah tersembunyi dan menjadi nyata saat Yesus menggenapi yang diajarkan Musa dan dinubuat Elia: menjadi Mesias rendah hati di atas salib.
Periksa Diri:
- Jika pekerjaan saya kurang sesuai, apakah saya menunjuk orang lain sebagai yang bertanggungjawab?
- Jika pekerjaan salah satu anggota tim / pengurus stasi/ pengurus kring / anggoata panitia saya kurang sesuai atau tdak seperti yang diharapkan, pernahkan saya mengakuinya sebagai kesalahan saya selaku koordiator tim / ketua stasi/ kring / panitia?
- Jika saya lalai melakukan sesuatu, apakah saya mencari alasan untuk meringankan beban kesalahan saya?
- Pada saat pekerjaan saya dikoreksi, apakah saya merasa jengkel?
3. Pertemuan ketiga Luk 13:1-9
Yesus sadar bahwa manusia selalu ingin hidup di dalam keadaan baik tetapi kalo kita melihat sesama mengalami malapetaka kita berpikir bahwa kemalangan itu terlibat dengan hukuman Tuhan pada kedosaan manusia.
Yesus beriman dan mengakui kehidupan dan kesejahteraan manusia sebagai anugerah Tuhan bukan sebagai pembuktian manusia bebas dari dosa dan karena itu terus diberkati Allah. Maka Yesus menantang manusia yang adalah seperti Israel sebuah pohon ara yang jika tidak berbuah, memang akan mengalami kebinasaan.
Periksa Diri:
- Pernahkan saya merasa lebih diberkati daripada orang lain?
- Pernahkah saya menyadari dengan syukur bahwa hal-hal baik yang saya alami adalah karena kasih Allah, bukan sekedar usaha saya?
- Relakah saya berbagi kemampuan saya semaksimal mungkin untuk kemajuan orang lain?
- Relakah saya jika seseorang yang pernah menimba ilmu dari saya ternyata lebih berhasil daripada saya?
- Relakah saya “digantikan” oleh orang yang menimba ilmu dari saya?
- Apakah saya sungguh berusaha membagikan kemampuan saya?
- Apakah saya selalu ingat bahwa segala kemampuan saya adalah anugerah Tuhan?
4. Pertemuan ke-empat Yoh 8:1-11
Yesus sadar bagaimana manusia menolak Allah, kehendak-Nya serta menolak wahyu di dalam diri-Nya. Yesus menyatakan bahwa hanya kasih Allah bisa menyelamatkan manusia dari dosa. Maka Yesus sendiri menjelma kerahiman Allah terhadap manusia dan kaum pendosa.. Hidup Yesus adalah terang dunia
Periksa Diri:
- Pernahkan saya berpikir “biar Tuhan yang membalasnya” kepada orang yang menyakiti saya?
- Apakah saya memaafkan yang bersalah kepada saya dengan tulus, tanpa menggerundel di belakangnya?
- Apakah saya mau menerima saran orang lain untuk perbaikan diri saat saya sadar bahwa apa yang dikatakan orang itu adalah benar berguna bagi saya? Atau menyampakan kata “tapiii” sebagai pembelaan?
- Apakah saya memaafkan diri sendiri atas kelalaian yang saya buat dan berusaha untuk melakukannya lebih baik lagi? Atau malah merasa kecewa dan tidak mau mencoba lagi?
- Pernahkah saya merasa lelah atas pekerjaan untuk sesama dan ingin berhenti saja?
DIMUAT DI WARTA PAROKI EDISI MARET 2019
DISARIKAN DARI BAHAN PERTEMUAN APP GARAPAN P. GUILLERMO ARIAS, SX BERSAMA TIM KATEKESE
Share this:
- Click to share on Facebook (Opens in new window)
- Click to share on X (Opens in new window)
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
- Click to share on Pinterest (Opens in new window)
- Click to share on Telegram (Opens in new window)
- Click to share on Threads (Opens in new window)
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window)